Seorang ahli mengatakan bahwa memakan serangga bisa menyelamatkan Bumi

4eb6a5b3-9c8e-450f-9e59-5bd6036c3628_169 Seorang ahli mengatakan bahwa memakan serangga bisa menyelamatkan Bumi




Harian, – Otoritas Pangan Singapura telah memiliki 16 spesies serangga yang layak dikonsumsi manusia, yaitu beberapa spesies kumbang, belalang, belalang sembah, dan ulat Hongkong.

Berasal dari Al JazeeraBadan Pangan Singapura menegaskan, persetujuan ini bukan berarti serangga tersebut boleh dikonsumsi dari alam, melainkan harus berasal dari kawasan budidaya yang dikuasai oleh otoritas yang berwenang.

Meskipun entomophagy, atau praktik memakan serangga, masih merupakan esoterisme gastronomi di banyak belahan dunia, Singapura adalah salah satu dari sedikit negara yang mulai mempraktikkannya.

Diketahui bahwa berbagai negara menjadikan serangga sebagai makanan populernya. Namun, perlukah masyarakat mengubah pola makannya dengan memasukkan hewani ke dalam menu sehari-harinya?

Ada beberapa alasan mengapa mengkonsumsi serangga dalam makanan adalah hal yang “legal”, tentunya.

1. Serangga lebih ramah lingkungan dan lebih murah untuk diproduksi dibandingkan daging sapi

2. Kandungan protein dan nutrisi lain pada serangga lebih tinggi dibandingkan makanan

3. Serangga dapat dibudidayakan tanpa hormon khusus

4. Serangga mempunyai potensi solusi pada daerah yang rawan pangan dan terendam atau dipanen

Penelitian menyebutkan bahwa hewan hanya bisa memakan daratan

Selain alasan di atas, perubahan iklim ekstrem juga dapat mengubah hubungan masyarakat dengan pangan. Dalam hal ini, banyak orang percaya bahwa serangga adalah alternatif makanan yang layak dan ramah lingkungan.

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa jejak karbon yang dihasilkan oleh peternakan cukup tinggi yaitu 14,5 hingga 19,6 persen dari total emisi gas rumah kaca global.

Pada tahun 2022, Forum Ekonomi Dunia menerbitkan laporan tentang pemberian insentif bagi pemakan serangga. Laporan tersebut juga menyinggung perubahan iklim dan serangga berprotein tinggi sebagai alasan memakan serangga.

Namun pada tahun 2013, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) justru mengusulkan entomofagi sebagai solusi mengatasi ketahanan pangan. Pertanyaannya, apakah serangga itu benar-benar menyehatkan?

Jenis serangga yang berbeda mengandung jumlah nutrisi yang berbeda pula. Mereka biasanya mengandung banyak protein, zat besi dan kalsium.

Situs berbasis di Amerika Serikat (AS) yang menjual bubuk jangkrik, MightyCricket, mengungkap bahwa jangkrik mengandung vitamin B12 10 kali lebih banyak dibandingkan daging sapi.

Sementara itu, pelaku bisnis nutrisi olahraga di Kanada, Naak mengatakan, 100 gram daging giling hanya mengandung sekitar 20 gram protein. Sedangkan 100 P. jangkrik terkadang mengandung 60 P.

Jika benar jangkrik lebih menyehatkan, lalu apakah mengonsumsi serangga baik bagi kelestarian lingkungan?

Salah satu alasan utama meningkatnya rekomendasi dan dukungan terhadap konsumsi serangga adalah rendahnya dampak lingkungan dari serangga. Sebuah diskusi menyusul.

Menurut laporan FAO, produksi daging dan susu menyumbang 14,5 persen emisi gas rumah kaca global. Sementara itu, MightyCricket mengatakan jangkrik menggunakan 50 hingga 90 persen lebih sedikit lahan per kilogram protein dibandingkan ternak konvensional.

Dari laporan FAO tahun 2013, pembuatan 100 P. daging sapi menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 750 P. Sedangkan untuk memproduksi 100 P. jangkrik, jumlah emisinya diperkirakan 100 lebih sedikit.

Pada tahun 2013, data FAO memperkirakan sekitar dua miliar orang di dunia mengonsumsi serangga. Di Indonesia, setidaknya ada beberapa makanan serangga yang populer, seperti belalang goreng, jangkrik goreng goreng atau seru, ulat sagu, rempeyek laron, botok tawon, ungker alias atap dari daun jati, dan getok alias bayi naga goreng.

Setelah menyadari manfaatnya bagi lingkungan dan kandungan nutrisinya, apakah Anda tertarik mengonsumsi serangga?

(rns/rns)

Lihat di bawah:

Video: Kecepatan Badan Usaha Dengan Akuisisi Melemahkan Kekuatan WNI



Artikel selanjutnya

Singapura Setujui Aturan Baru, Karyawan Ajukan WFH & WFA


Terimakasih

Leave a Comment