Harian, – Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengungkapkan resistensi antimikroba (AMR) tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga pada hewan melalui lingkungan dan dapat menular ke manusia, pada Rabu (11/9/2024). Jika hal ini terjadi, produksi peternakan dunia bisa terancam.
Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit tidak lagi merespons obat antimikroba, sehingga meningkatkan risiko penyebaran penyakit atau penyakit serius.
Pejabat Senior Kesehatan Hewan FAO, Dr. Lagu Junxia terungkap AMR tidak hanya mengancam kesehatan manusia dan hewan, namun juga penghidupan 1,3 miliar orang yang bergantung pada hewan ternak. Bahkan, Bank Dunia juga memproyeksikan bahwa AMR dapat mengurangi produksi ternak di negara-negara berpendapatan rendah pada tahun 2000.
“Bank Dunia memproyeksikan bahwa dalam skenario dampak AMR yang tinggi, produksi ternak di negara-negara berpendapatan rendah dapat menurun hingga 11 persen dari tahun 2000,” jelas Dr. Sebuah lagu
“Ini akan menambah biaya petani dan menaikkan harga pangan,” tambahnya.
Selain itu, Koordinator AMR Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Aitziber Echeverria memperingatkan bahwa resistensi obat sedang berkembang dan menular di lingkungan. Saat ini, katanya, diperlukan pendekatan One Health yang lebih multisektoral untuk mengatasi AMR, karena pendekatan ini mempertimbangkan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan yang lebih luas dengan wilayah yang saling terhubung dan saling bergantung.
“Sumber mikroorganisme dengan gen resistensi antimikroba terbesar di lingkungan adalah kotoran manusia yang berakhir di sampah, air limbah, atau tempat pembuangan sampah,” kata Echeverria.
Echeverria menjelaskan, setidaknya ada tiga alasan mengapa lingkungan perlu diperhatikan dalam pengobatan AMR, yakni.
1. Lingkungan mikroba dunia merupakan sumber materi genetik yang mendasari resistensi antimikroba dan mekanisme yang mendasari transmisi genetik.
2. Berbagai tekanan antropogenik yang memperparah atau memperparah permasalahan, misalnya polusi
3. Air, udara dan tanah berperan penting dalam penyebaran dan penularan AMR
“Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting dalam perkembangan, penyebaran, dan penularan AMR, termasuk munculnya resistensi dan penularan antara manusia dan hewan ke manusia,” jelas Echeverria.
Pada kesempatan yang sama, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengusulkan empat langkah untuk mengatasi AMR, yaitu mencegah infeksi melalui akses terhadap air bersih dan sanitasi, imunisasi, dan pengendalian pencegahan infeksi.
Selanjutnya, WHO juga mengusulkan pendekatan universal terhadap pengobatan infeksi yang terjangkau, berkualitas, diagnostik dan tepat. kemudian ilmu informasi strategis dan inovasi. Terakhir, pemerintahan dan keuangan yang efektif.
Sekadar informasi, AMR merupakan risiko kesehatan masyarakat yang mendesak dan disebabkan oleh hal tersebut tidak ada makna dalam penggunaan antimikroba, indikasi yang tidak tepat, pemilihan antimikroba yang tidak tepat dan dosis yang tidak tepat.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengungkapkan kematian akibat AMR telah mencapai 700.000 orang per tahun dan diperkirakan akan mencapai 10 juta orang per tahun di seluruh dunia.
“Risiko AMR erat kaitannya dengan perilaku pencegahan dan pengobatan serta produksi pangan dan sistem keamanan lingkungan. Oleh karena itu, pendekatan “One Health” diperlukan untuk mengatasi kompleksitas pengendalian resistensi antimikroba,” Kementerian RI. Kesehatan dalam konstitusi resmi.
Dalam perkembangan kesehatan global saat ini, kejadian AMR dikatakan tidak lagi dipandang sebagai masalah yang berdiri sendiri. Namun hal ini juga berlaku pada berbagai sektor, seperti kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan, rantai makanan, pertanian, dan sektor lingkungan hidup.
(rns/rns)
Terimakasih