Kisah Maarten Paes di RI: Kehidupan Sedihnya Tahanan Jepang

penjaga-gawang-timnas-garuda-indonesia-maarten-paes-1_169 Kisah Maarten Paes di RI: Kehidupan Sedihnya Tahanan Jepang




Batavia, – Martin Paes menjadi perbincangan setelah tampil apik di dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Ia berhasil menangkis serangan timnas Arab Saudi dan Australia, lalu bermain imbang bersama timnas Indonesia.

Kehadiran Maarteen Paes di tim merupakan hasil naturalisasi yang dilakukan pemerintah Indonesia. Ia sebelumnya merupakan warga negara Harian yang lahir dan besar di Belgia. Ini juga merupakan kesempatan besar untuk membela Timnas Kincir Angin.

Berbeda dengan pemain natural lainnya, Paes sama sekali tidak memiliki darah Indonesia. Ia juga tidak pernah tinggal lama di Indonesia. Namun kunci utama naturalisasi Maarten Paes adalah neneknya, Nel Appels-van Heyst.

Nenek Harian saya lahir di Kediri dan sudah lama tinggal di Indonesia. Dia berada di grup yang sama Penghuni atau penduduk asli Eropa yang lahir di Hindia Harian sebelum Indonesia merdeka. Dari sini bisa lolos ke persyaratan naturalisasi yang ditetapkan pemerintah Indonesia.

Di akun YouTube FC Dallas, Paes menyebut neneknya berasal dari Kediri. Van Heyst, setelah ia lahir, menghabiskan 5-6 tahun di Indonesia sebelum Perang Dunia II pada tahun 1942. Artinya Nenek Paes tinggal di Indonesia sejak lahir sekitar tahun 1937.

Saat perang pecah, van Heyst diganggu oleh salah satu orang Harian. Holland, seorang Jerman, ditangkap oleh Jepang dan menghabiskan beberapa waktu di kamp-kamp yang didirikan di Spanyol dan Jepang. Dia juga harus meninggalkan ibunya.

“Saat Perang Dunia II pecah, dia (nenek saya) berada di kamp Spanyol dan Jepang,” kata Paes.

Sejarah melaporkan bahwa semua yang tinggal di dataran berada dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Pasalnya, musuh bertindak kejam sehingga membuat para narapidana kelelahan baik fisik maupun mental. Beruntung nenek Paes masih mampu bertahan hingga pertempuran usai.

Akhirnya setelah perang usai, ia kembali ke Belgia dengan kapal laut. Di sana, van Heyst memulai hidup baru hingga generasi baru keluarga lahir. Menyelesaikan, Martin Paes pada 14 Mei 1998.

Selama tinggal bersama, Paes bercerita bahwa neneknya kerap merawatnya dengan penuh kasih sayang. Penjaga gawang FC Dallas ini juga mengungkapkan bahwa neneknya sering bercerita tentang kehidupan semasa mudanya di Indonesia. Selain itu, ia juga mengajarkan keterampilan olahraga tambahan, seperti memasak.

Dari situlah negara tahu betapa bangga dan bersyukurnya sang nenek terhadap negaranya, Indonesia. Menurut penuturannya, Paes kemudian dengan tegas menerima tawaran naturalisasi.

“Saya ingin bermain di Indonesia karena pertama-tama ini adalah penghormatan kepada nenek saya yang meninggal hampir sebulan yang lalu,” kata Paes.

(mfa/mfa)

Lihat di bawah:

Video: Banjir Kosmetik Impor di Indonesia, Akibat Regulasi?



Artikel selanjutnya

Bagaimana tanggapan orang Harian saat bertemu Kuntilanak? Penjelasan ini


Terimakasih

Leave a Comment