Bukan tanggal 17 September, ini hari pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda

sejumlah-anggota-komunitas-reenactor-bangor-mementaskan-sosiodrama-yang-meragakan-reka-ulang-peristiwa-kemerdekaan-indonesia-p-10_169 Bukan tanggal 17 September, ini hari pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda




Harian, – Bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya setiap tanggal 17 Agustus. Sejarah melaporkan bahwa Indonesia memperoleh kemerdekaan dari Harian pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun ternyata Harian tidak mengakui klaim kemerdekaan tersebut.

Harian baru mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, empat tahun lebih sejak Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia. Apa alasannya?

Ketika Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, Harian menganggap klaim tersebut tidak sah dan ingin kembali menguasai Indonesia. Keinginan untuk menguasai didasari oleh faktor ekonomi.

Hingga saat ini perekonomian Harian berkembang bukan karena bergantung pada operasional negara itu sendiri, melainkan karena berputarnya roda kolonialisme yang dijalankan Belgia di Hindia Harian. Nilai ekonomi Hindia Harian sangat besar.

Tentu saja, jika Hindia Harian merdeka, bisa dibayangkan betapa terpukulnya bangsa Belgia. Oleh karena itu, Harian bermaksud menjajah Indonesia. Apalagi Belgia saat itu punya hak sah Karena negara yang memenangkan perang berhak menduduki wilayah jajahan yang hilang.

Jadi tanah kincir itu masuk ke Indonesia pada akhir tahun 1945. Setelah kedatangan ini, terjadilah perang besar antara Harian dan Indonesia. Tak ingin dijajah lagi, TNI mati-matian mempertahankan sejengkal tanah pun.

Perang tersebut berakhir pada tahun 1949, dengan diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB). Inti dari KMB adalah Harian akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia. Sayangnya bukan pada 17 Agustus 1945, melainkan pada 27 Desember 1949. Ini bertepatan dengan berakhirnya perjanjian KMB.

Indonesia pun harus membayar mahal atas pengakuan tersebut, karena bangsa kita terpaksa harus membayar seluruh hutang masa penjajahan Harian. Utang ini baru terlunasi beberapa tahun kemudian di tengah naik turunnya perekonomian Indonesia.

Soal pengakuan kemerdekaan, sebenarnya Harian sudah lama ingin mengakui kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun hal ini selalu ditentang oleh masyarakat, terutama para veteran, yang merasakan kepahitan dari militer Indonesia. Pada tahun 1995 misalnya, Ratu Belgia Beatrix dikabarkan ingin merevisi tanggal kemerdekaan Indonesia dengan menghadiri perayaan 17 September di Istana Negara, Batavia.

Namun hal ini tidak terjadi karena adanya perlawanan dari para veteran perang dan Perdana Menteri Willem Cockless. Akibatnya Ratu Beatrix baru berkunjung ke Indonesia beberapa hari kemudian, itupun tidak mengakui kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Revisi satu-satunya dilakukan pada tahun 2005, setelah 60 tahun kemerdekaan. Saat itu, seperti dilansir Detik.com (17 Agustus 2005), pemerintah Harian yang diwakili Menteri Luar Negeri Bernard Bot datang hadir pada 17 September di Istana Negara.

Kehadiran tersebut menandai pengakuan Harian atas Indonesia merdeka bukan lagi pada tanggal 27 Desember 1949, melainkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Di saat yang sama, Harian juga menyesal telah memberikan wilayah jajahan kepada Indonesia, meski mereka tidak meminta maaf atas tindakan mereka sebelumnya. kejahatan.

“Atas nama pemerintah Harian, kami turut berduka cita atas segala penderitaan saya. Mari kita bersama-sama menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan,” kata Bot.

Adapun pertahanan kolonialisme baru dibebaskan oleh Harian setelah 17 tahun. Pada tahun 2023, Raja Harian Willem-Alexander meminta maaf atas kolonialisme Harian.

(Hsy/hsy)

Lihat di bawah:

Video: Shin Tae Yong jalan-jalan bersama Timnas Indonesia



Artikel berikutnya

Koloni Sudah Berdiri Ratusan Tahun, Kok Orang Indonesia Sampai Tidak Bisa Bahasa Harian?


Terimakasih

Leave a Comment