Jakarta, Harian – Sikat gigi merupakan salah satu alat membersihkan gigi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Namun, siapa sangka sikat gigi ternyata turut berkontribusi terhadap tanda-tanda kiamat.
Salah satu tanda kiamat yang akan datang adalah perubahan iklim, seperti perubahan suhu dan kondisi cuaca dalam jangka panjang. Meski perubahan iklim terjadi secara alami, namun berbagai aktivitas manusia sejak tahun 1800-an mampu memicu perubahan global.
Sementara itu, berbagai aktivitas yang dapat memicu perubahan global antara lain pembakaran bahan bakar fosil, paparan gas rumah kaca, bahkan penggunaan sikat gigi.
Jadi bagaimana sikat gigi bisa berkontribusi terhadap perubahan global?
Pada tahun 1900-an, sikat gigi, obat kumur, dan benang gigi digunakan untuk menjaga kebersihan gigi. Namun sejak ditemukannya sikat gigi modern, perubahan iklim mulai terjadi.
Pada zaman dahulu, sikat gigi terbuat dari bahan alami seperti bambu atau kulit kayu. Seiring berjalannya waktu, bahan dasar sikat gigi mulai mengalami perubahan, misalnya tulang hewan digunakan sebagai gagangnya, dan kulit hewan digunakan sebagai sikat.
Namun sejak tahun 1900-an, sikat gigi mulai mengandung bahan yang tidak ramah lingkungan, yaitu gagang plastik dan bulu nilon. Menurut Greenbiz, kedua bahan tersebut tidak terbarukan dan sangat sulit terurai dalam waktu singkat sehingga berbahaya bagi manusia.
Menurut National Geographic, masalah ini menjadikan sikat gigi sebagai bagian dari krisis lingkungan. Mengapa?
FYI, sikat gigi termasuk barang yang tidak tahan lama. Menurut American Dental Association (ADA), idealnya sikat gigi harus diganti setiap tiga hingga empat bulan. Oleh karena itu, seseorang harus membuang sikat giginya dan menggantinya tiga hingga empat kali dalam setahun.
Diperkirakan jika jumlah penduduk Indonesia berjumlah 273 juta jiwa dan diasumsikan rutin mengganti sikat gigi, setidaknya akan terdapat lebih dari satu miliar sampah sikat gigi per tahun. Sekadar informasi, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan seluruh populasi dunia.
Jika dihitung berdasarkan populasi dunia yang berjumlah delapan miliar orang, setidaknya 24 miliar limbah sikat gigi dibuang setiap tahunnya.
Kemudian, dengan asumsi penggantian rutin, setiap orang akan menggunakan 280 hingga 300 sikat gigi hingga mencapai usia 75 tahun. Jumlah ini belum dikalikan dengan jumlah penduduk bumi.
Menurut laporan National Geographic, jumlah sampah sikat gigi di Amerika Serikat (AS), yang berpenduduk 331 juta jiwa, setara dengan empat kali rotasi bumi dalam setahun.
Menurut perusahaan produk ramah lingkungan yang berbasis di Inggris, Haeckels, sekitar 264 juta sikat gigi dibuang karena sudah habis masa pakainya. Perhitungan ini belum termasuk model sikat gigi elektrik yang menggunakan baterai non ramah lingkungan.
Seperti plastik, sikat gigi membutuhkan waktu 200 hingga 700 tahun untuk terurai. Selama ini, MIT menyatakan bahwa plastik akan mengeluarkan gas rumah kaca. Jika plastik ada di laut, maka dapat membunuh zooplankton yang berperan dalam penyerapan karbon.
“Sangat sulit menemukan pilihan sikat yang bebas plastik. Plastik biodegradable belum tentu lebih baik bagi planet ini dibandingkan plastik tradisional,” tulis jurnalis Alejandra Borunda di National Geographic.
(fsd/fsd)
Artikel berikutnya
Tanda-tanda kiamat ada dimana-mana, mulai dari kamar mandi