Tanaman ‘Ajaib’ Kratom Bisa Bikin RI Cuan Besar, Harganya Rp90 Juta/Kg



tanaman-kratom-1_169 Tanaman 'Ajaib' Kratom Bisa Bikin RI Cuan Besar, Harganya Rp90 Juta/Kg




Jakarta, Harian – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mendorong pengolahan atau pengembangan produk tanaman herbal kratom yang diproyeksikan menghasilkan keuntungan hingga Rp90 juta per kilogram (kg).

“Pada rapat kabinet, Kratom diakui sebagai tanaman obat. Dan mempunyai potensi produk tidak hanya untuk industri makanan dan minuman atau F&B, tetapi juga untuk obat-obatan dan perawatan kesehatan. Wah sayang kalau hanya dijual dalam bentuk mentah, padahal bisa diproduksi sampai “Yah, ekstraknya harganya US$6.000 per kg per hari atau sekitar Rp 90 juta, dengan asumsi harganya Rp 15.000 per hari. “dolar,” kata Teten saat ditemui di kantor KemenkopUKM baru-baru ini. .

Terlebih lagi, kata dia, teknologi alat produksi hilir juga relatif murah dan mudah didapat.

“Teknologinya tidak ribet dan tidak mahal. Nanti kita coba cari solusi bersama apakah mau membangun rumah produksi bersama lagi, atau mereka yang membangun sendiri. Untuk saat ini sudah dipakai oleh India dan Amerika,” ujarnya. “, katanya.

Menurut Teten, pembangunan pabrik untuk mengolah lebih lanjut kratom sebelum diekstraksi akan memakan biaya sekitar Rp10 miliar, sedangkan biaya peralatan produksi ekstraksi hanya sekitar Rp3,5 miliar.

“Potensinya sangat besar. Di Eropa dan Amerika jumlahnya sangat besar. Kami juga ingin memastikan UMKM kami tidak menghasilkan produk yang sama. Kita ingin mengolah sumber daya alam, hasil perkebunan, hasil pertanian atau hasil laut yang kita olah. “Supaya menjadi produk setengah jadi, bahkan dari ekstrak ini misalnya, produsen minuman bisa memproduksi minuman energi seperti Krating Daeng dari kratom,” ujarnya.

Teten telah memastikan tanaman kratom tersebut aman dan tidak tergolong obat golongan I. Ia tidak memungkiri bahwa kratom dilarang di Amerika Serikat, namun hal tersebut bukan karena kratom adalah obat, melainkan karena adanya bakteri E. coli.

“Kratom itu aman. Bahkan DEA (Drug Enforcement Administration) yang datang ke kita, di sini sebenarnya. Dari American Drug Enforcement Agency. Sebenarnya di Amerika dilarang, tapi itu bukan alasan obatnya, tapi ada E” Coli bakteri”, kata Teten.

Teten optimis dengan kemungkinan adanya pengolahan produk kratom, apalagi setelah Koperasi Tani Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) melakukan riset yang cukup mendalam. Dan bisa menjadi bahan baku rantai pasok farmasi, makanan dan industri lainnya.

Dalam keterangan tertulis sebelumnya, Teten mengatakan permintaan kratom global semakin meningkat. Menurut Kementerian Perdagangan, nilai ekspor kratom selalu meningkat dengan tren 15,92% per tahun sejak tahun 2019.

Salah satu tujuan utama ekspor kratom Indonesia adalah Amerika Serikat. Antara Januari dan Mei 2023, pangsa AS akan mencapai US$4,86 juta atau 66,30 persen dari total ekspor kratom Indonesia.

“Jangan sampai negara lain memanfaatkan potensi dan keuntungan yang sangat besar dari kratom,” kata Menteri Koperasi dan UKM dalam keterangan tertulisnya.

Sementara itu, CEO Koperasi Indonesia Koprabuh Yohanis Valean mengatakan produk Kratom sudah masuk kategori ekspor jamu legal dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan.

Istilahnya emas hijau, potensinya lebih besar dari kelapa sawit, kata Yohanis.

Menanam kratom tidaklah sulit. “Yang utama harus dekat dengan sumber air, daerah aliran sungai, rawa, dan tepi danau. Meski terendam air banjir selama tiga bulan, pohon kratom tetap tumbuh,” ujarnya.

(menetas/menetas)

Tonton videonya di bawah ini:

Untuk menjadikan kopi Indonesia favorit dunia, petani membutuhkan benih dengan kualitas terbaik



Artikel berikutnya

Jokowi Turun Gunung Hadapi 'Narkoba' Kratom


Leave a Comment