Jakarta, Harian – Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Jibran Burhanuddin Abdullah mengatakan Indonesia bisa menyalurkan penghematan anggaran dari subsidi energi baik BBM maupun liquefied petroleum gas dan listrik ke sektor yang lebih produktif. Ia memperkirakan jika subsidi energi diganti dengan biaya langsung tunai (BLT), penghematan subsidi mencapai Rp 200 triliun.
Oleh karena itu, Burhanuddin mengatakan, ke depan pihaknya ingin data penerima subsidi langsung disesuaikan. Dengan cara ini, subsidi dapat benar-benar ditujukan kepada mereka yang berhak menerimanya.
“Itulah yang akan kami lakukan. Jadi perhitungan kami menunjukkan subsidi akan dikurangi menjadi sekitar Rp 150-200 triliun dan digunakan untuk tujuan yang lebih produktif,” jelas Burhanuddin dari UOB Indonesia Economic Outlook. Peristiwa 2025, tanggal Selasa (10/1/2024).
Sayangnya, Burhanuddin tidak merinci secara rinci sektor mana yang akan dituju subsidi energinya. Yang jelas, kata Burhanuddin, pengalokasian subsidi energi ke sektor-sektor yang lebih produktif dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, dan subsidi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dengan tingkat ekonomi bawah tentunya akan mampu membeli bahan bakar, bahan bakar gas cair, dan membayar listrik. .
“Kenapa saya bilang (program subsidi) perlu ditingkatkan? Sebab, menurut pengamatan saya, misalnya, tahun lalu ada program subsidi listrik, BBM, dan gas senilai Rp 540 triliun, ”ujarnya.
Seperti diketahui, alokasi subsidi energi pada tahun 2023 mencapai Rp 540 triliun. Burhanuddin menilai penyaluran subsidi energi tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
Misalnya saja, berdasarkan pantauannya di Solo, Jawa Tengah, subsidi listrik yang seharusnya bisa dinikmati masyarakat ekonomi murah ternyata hanya mampu membiayai satu lampu per rumah.
“Jadi minggu lalu saya ke Solo, ketemu klien di bawah dengan mata uang zlotys, mereka bayar 30 ribu rupiah per bulan, lampunya cuma satu,” ujarnya.
Tak hanya itu, kata Burhanuddin, masyarakat miskin tidak mendapatkan subsidi BBM dan LPG karena tidak memiliki kendaraan, ditambah lagi mereka menggunakan LPG bersubsidi yang hanya membantu dalam jangka waktu singkat.
“Masyarakat miskin tidak menerima atau menerima manfaat dari subsidi BBM. Mereka tidak mendapatkan sepeda motor. Mereka beli bensin, tapi satu buah melon (LPG bersubsidi) untuk 2 minggu sangat sedikit. Lalu siapa sebenarnya yang diuntungkan dari subsidi tersebut? “, tambah Burhanuddin.
(pgr/pgr)
Artikel berikutnya
Video: Pembahasan Subsidi Pupuk Pengganti BLT Ditolak Petani dan DPR