Jakarta, Harian – Pemerintahan era Prabowo Subianto ke depan akan mendorong kebijakan penggunaan sumber bahan bakar nabati (biofuel) dalam hal ini minyak sawit atau biodiesel dalam bentuk bahan bakar campuran (BBM).
Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Jibran yang juga menjabat Gubernur Bank Indonesia periode 2003-2008, Burhanuddin Abdullah mengatakan, kebijakan biodiesel sebenarnya sudah diterapkan sebesar 35% (B35). Ke depan, kebijakan biodiesel mungkin ditingkatkan menjadi B50.
“Dan mencapai B35, dikatakan sangat bagus. Pemerintahan selanjutnya sangat ngotot untuk mencapai B50. Saya tidak tahu apakah CPO itu sendiri cukup,” jelas Burhanuddin dalam acara UOB Indonesia Economic Outlook 2025, dikutip Kamis (25 September 2024).
Selain penggunaan biodiesel, diharapkan dapat dilakukan intensifikasi campuran bahan bakar bensin yaitu bioetanol. Jika hal tersebut bisa tercapai, Indonesia diperkirakan mampu menghemat anggaran impor hingga US$20 miliar atau setara Rp303,4 triliun (dengan kurs Rp15.173 per dolar AS).
“Kami juga sedang menjajaki kemungkinan untuk mengubah molase menjadi etanol sebagai campuran Pertamax atau Pertamax Plus, dan mencari cara untuk melakukan hal tersebut sehingga hal tersebut dapat dilakukan dan, jika memungkinkan, dengan biodiesel kami setidaknya dapat menghemat penggunaan bahan bakar fosil. KITA. 20 miliar dolar dari impor,” jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan periode pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden terpilih RI 2024/2029 Prabowo Subianto akan semakin mendorong peningkatan penggunaan campuran biodiesel BBN. dalam bahan bakar.
Indonesia kini telah mewajibkan penggunaan biodiesel campuran. Metil ester asam lemak (FAME) 35% atau B35 pada bahan bakar Diesel. Bahlil mengatakan, ke depan, Prabowo akan mendorong penggunaan biodiesel hingga B40 bahkan B50.
“Saya juga menyampaikan bahwa kita harus meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan. Sekarang kita kenal dengan B35, B40, kedepannya kita akan naikkan menjadi B50. Ini salah satu program Pak Prabowo,” jelas Bahlil kepada Detikcom. Leadership Forum di Bank Mega Tower, Jakarta, Rabu (9 November 2024).
Sekadar informasi, Kementerian ESDM sendiri saat ini sedang mempersiapkan penerapan wajib bahan bakar biodiesel 40% (B40) yang rencananya akan diberlakukan mulai 1 Januari 2025. Hal ini menyusul permintaan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia saat memberikan arahan pada rapat pimpinan (Rapim) di Kementerian ESDM, Selasa (20 Agustus 2024).
Direktur Jenderal Departemen Energi Baru Terbarukan dan Hemat Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Enya Listiani Devi menjelaskan, selain meminta percepatan penyelesaian RUU Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EB -ET), Bahlil juga meminta agar pengembangan bioenergi menjadi prioritas.
Enya mengatakan program mandatori biodiesel yang saat ini baru 35% (B35) rencananya akan ditingkatkan tidak hanya menjadi B50, bahkan hingga B60.
“Bioenergi juga akan menjadi prioritas, sekarang kita siapkan B40 untuk mandatorinya. Nanti saya terbitkan mandatorinya. Insya Allah ini akan diputuskan pada 1 Januari 2025,” kata Enya usai rapat di Gedung Kementerian ESDM. . , beberapa waktu lalu.
Menurut Enya, untuk mencapai B40, industri setidaknya harus melakukan beberapa kegiatan persiapan. Mulai dari persiapan pelabuhan, pelayaran dan logistik.
“Industri harus bersiap, investasi juga butuh modal. Oleh karena itu, kami memberi waktu persiapan hingga Desember,” ujarnya.
Seperti diketahui, setelah sukses menerapkan program B30 yang merupakan campuran 30% asam lemak metil ester (FAME) dan 70% solar, pemerintah pun melepas program B35 mulai 1 Februari 2023 dengan alokasi sebesar 13,15 juta. kg. Liter (KL) per tahun.
(pgr/pgr)
Artikel berikutnya
BI menahan suku bunga 6,25% hingga harga BBM AS mencapai Rp 57.000 per liter