Jakarta, Harian – Pasca kasus korupsi bisnis besar-besaran PT Timah Tbk (TINS) yang diungkap Kejaksaan Agung dan mengakibatkan kerugian negara yang fantastis sebesar Rp 217 triliun, kini muncul kasus baru. Kasus baru ini melibatkan penghindaran pajak sehingga menyebabkan negara kehilangan potensi pendapatan hingga Rp300 triliun.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengatakan Presiden terpilih Prabowo Subianto akan mengejar potensi hilangnya pendapatan negara. Menurutnya, Prabowo sudah memiliki daftar 300 pengusaha “nakal”. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pengusaha tersebut diduga melakukan aktivitas di sektor kelapa sawit.
Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardy mengatakan Hashim mengatakan dugaan hilangnya potensi pendapatan negara merupakan hasil kajian Otoritas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dalam audit tersebut, BPKP menemukan ada empat potensi sumber pendapatan pemerintah yang hilang dari sektor kelapa sawit.
Menurut Jodi, potensi pendapatan antara lain berasal dari denda administratif terkait pelanggaran kewajiban plasma dan sawit di kawasan hutan. Selain itu, potensi penerimaan juga berasal dari perluasan dan intensifikasi pajak di sektor ini.
Mendengar hal tersebut, Kejaksaan Agung pun buka suara. Kejaksaan menyatakan akan mendukung pemerintah melalui penegakan hukum.
“Upaya kami bertujuan membantu pemerintah melalui kegiatan penegakan hukum sesuai dengan kewenangan yang kami miliki,” kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Harley Siregar, Kamis pekan lalu, seperti dikutip Sabtu (12/10/2024). .
Harley mengatakan Kejaksaan Agung saat ini sedang mengusut korupsi di industri kelapa sawit pada tahun 2005 hingga 2024. Dalam kasus ini, Kejaksaan Agung melakukan penggeledahan pada 3 Oktober 2024 di kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Harley mengatakan dalam kasus ini, Kejaksaan Agung mencurigai adanya penguasaan kawasan hutan secara ilegal untuk perkebunan kelapa sawit. Menurut dia, invasi tersebut diduga menimbulkan kerugian finansial dan ekonomi negara.
Namun Harley tidak membeberkan potensi kerugian negara dalam kasus ini. Kejaksaan Agung belum menetapkan tersangka. “Belum, masih dilakukan penyelidikan,” ujarnya.
Perampasan lahan hutan untuk perkebunan kelapa sawit diyakini menjadi sumber kebocoran pendapatan negara sebesar Rp300 triliun.
Sementara itu, Kepala BCPP Muhammad Yusuf Ateh membenarkan temuan yang disampaikan Hashim merupakan hasil audit yang dilakukan departemennya.
Benar, kata Yusuf Ateh, Kamis (10/10/2024).
Ateh melanjutkan, audit yang dilakukan BPKP masih berlangsung. Dia enggan membeberkan temuan sementara lembaganya.
“Tapi prosesnya masih berjalan, verifikasi belum selesai,” ujarnya.
(siapa/siapa)
Artikel berikutnya
Tinggal menunggu waktu, RI akan segera memperkenalkan biodiesel B40.