London, Harian – Sektor pertambangan Indonesia mempunyai pengaruh yang besar di mata dunia internasional. Pasalnya, Indonesia diakui sebagai salah satu pemasok produk pertambangan terbesar di dunia yang merupakan bahan baku utama berbagai industri di dunia.
Hal tersebut diketahui pada LME Metals Seminar 2024 yang digelar di London pada 30 September 2024. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah pelaku industri pertambangan, analis dan trader internasional.
Direktur Utama MIND ID Hendy Prio Santoso yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, para analis dan pelaku industri pertambangan global mengakui kekuatan industri pertambangan Indonesia.
Foto: Suasana akhir Seminar LME Metals 2024 yang diselenggarakan di London pada tanggal 30 September 2024. (Harian/Wayu Daniel)
Suasana dimulainya LME Metals Seminar 2024 yang diselenggarakan di London pada tanggal 30 September 2024. (Harian/Wayu Daniel)
|
“Dari segi keunggulan, beberapa komoditas kita juga telah diakui oleh para analis dan pelaku industri. Indonesia memiliki kekuatan yang sangat besar dalam produksi tembaga, bauksit, dan timah,” kata Hendy saat ditemui di sela-sela acara.
Pada LME Metals Seminar 2024, MIND ID yang merupakan induk perusahaan BUMN pertambangan di Indonesia mempertemukan para eksekutif dari perusahaan anggotanya antara lain PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Freeport Indonesia, PT Inalum dan PT Vale Indonesia Tbk.
Menurut Hendy, kehadiran di acara ini sangat penting bagi MIND ID dan anggota induknya. Terutama untuk berinteraksi dengan sumber daya pertambangan dunia.
“Jadi bagaimana kita bisa merencanakan alokasi produksi sambil berinteraksi dengan pelanggan di sini, para? pengguna akhir“Dan juga cara kami berinteraksi dengan pasar dan pedagang akan sangat membentuk model operasi kami di masa depan,” jelas Hendy.
Ke depan, kata Hendy, Indonesia harus bisa mengoptimalkan sumber daya alamnya agar bisa berperan strategis dalam rantai pasok pertambangan global.
“Jadi seperti di Timah, kita sudah mulai membuat aliansi strategis dengan China, dan mudah-mudahan kita bisa menyelesaikannya dengan bekerja sama dengan Peru. Kami juga akan terus bekerja di sisi tembaga. Sekarang tuntutanini yang paling kuat. Jadi, yang kita dengar dan lihat sebelumnya, dunia ini sedang memasuki fase transisi energi dari sebelumnya. bahan bakar fosil sekarang menuju listrik,” kata Hendy.
Ia menambahkan, tembaga dan bauksit, yang merupakan bahan baku produksi aluminium, memainkan peran penting dalam mendorong transisi energi di masa depan.
“Semakin banyak listrik yang kita butuhkan, baik solar maupun Voltase ini membutuhkan banyak tembaga, dan kandungannya bahkan bisa tiga kali lipat. Dibandingkan dengan mobil yang menggunakan Pembakaran internal berikut perbedaan penggunaan tembaga hingga tiga kali lipat, konsumsi aluminium hingga 2 kali lipat dan sebagainya sirkuit elektronik segala sesuatu yang menyambung adalah timah, sehingga timah juga sangat diperlukan. Kita harus bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menjadi pemasok rantai pasokan global optimal,” jelas Hendy.
Pada seminar tersebut, Analis Riset Pasar Senior Juru Bicara Asosiasi Timah Internasional Tom Langston mengatakan pada tahun 2024 hingga 2030, tren permintaan timah global akan meningkat dari sekitar 350 ribu ton per tahun pada tahun 2024 menjadi 450 ribu ton per tahun pada tahun 2030. akan mampu memenuhi permintaan ini.
Peningkatan permintaan ini didorong oleh kuatnya permintaan dari industri semikonduktor global. Tom menjelaskan penjualan semikonduktor global berkembang pesat. Kenaikan harga timah dunia, menurut Tom, biasanya dibarengi dengan kenaikan harga tembaga.
Sektor dengan permintaan timah tertinggi di dunia adalah sektor telekomunikasi dengan berkembangnya 5G, kemudian kendaraan listrik dan terakhir panel surya. Jadi, Tom menilai peran Indonesia dalam rantai pasok timah global penting karena Indonesia saat ini merupakan produsen timah terbesar di dunia.
(pgr/pgr)
Artikel selanjutnya
Upaya MIND ID Menjaga Stabilitas Berkelanjutan di Sektor Pertambangan