Jakarta, Harian – Pada tanggal 20 Oktober, Prabowo Subianto akan dilantik sebagai Presiden Indonesia kedelapan. Banyak opini di media asing menyoroti kepemimpinannya, yang menghadapi tantangan pembangunan yang signifikan.
Pendapat tersebut salah satunya ditulis oleh Januar Nugroho, Visiting Senior Fellow di ISEAS – Yusof Ishak Institute, Singapura, dan Senior Lecturer di Driyarkar Philosophy College, Jakarta, Indonesia. Laporan tersebut dimuat oleh media asing Channel News Asia (CNA) dengan judul “Antisipasi Langkah Awal Presiden Terpilih Indonesia Prabowo” pada Rabu (16/10/2024).
“Pertanyaan terbesarnya adalah bagaimana Prabowo akan memimpin negara ini? Meskipun jawaban pastinya tidak akan diketahui seiring berjalannya waktu, ada baiknya kita mengantisipasi empat bidang ketegangan dan tantangan,” tulis artikel tersebut.
Menyorot rumor soal kabinet Prabowo
Artikel ini menyoroti rumor mengenai susunan kabinet masa depan Prabowo. Beberapa orang melihat hal ini sebagai sebuah masalah karena kabinet Prabowo diperkirakan akan jauh lebih besar daripada kabinet Jokowi.
Mengutip laporan berita, diperkirakan antara 44 dan 46 menteri (dan kementerian) akan menjabat. Undang-undang Menteri yang baru, yang disahkan pada tanggal 20 September, menghapus batasan 34 posisi kabinet, sehingga memberikan kebebasan kepada presiden masa depan.
Ada juga usulan agar kementerian dan departemen baru akan dibentuk, dan kementerian dan departemen yang sudah ada akan direorganisasi atau dipisahkan.
Kementerian koordinator baru yang disebutkan mencakup Kementerian Urusan Masyarakat, sedangkan kementerian baru dapat mencakup bidang kebijakan seperti pendidikan, penelitian dan teknologi, lingkungan hidup, kehutanan, ekonomi kreatif, hukum, imigrasi dan layanan pemasyarakatan, dan badan baru yang membawahi komunikasi kepresidenan. katering, dan pendapatan negara.
“Perluasan seperti itu dapat berarti bahwa kabinet mungkin menghadapi koordinasi yang tidak efektif. Yang lebih penting lagi, penataan kelembagaan lembaga pemerintah yang baru atau bahkan direstrukturisasi akan memakan waktu yang cukup lama,” isi surat Januar.
Akibatnya, Kabinet baru tidak bisa segera melaksanakan program yang dijanjikan Prabowo. Pada tingkat material atau teknokratis, Kabinet yang lebih besar akan mengaburkan fokus kebijakan karena para menteri akan mengejar tujuan mereka sendiri dibandingkan prioritas nasional.
Dengan memasukkan tokoh-tokoh politik penting dalam kabinetnya, Prabowo dapat memperoleh keuntungan politik dan menciptakan front yang lebih bersatu di parlemen, terutama jika ia menawarkan posisi kabinet kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
“Kita mungkin mengetahui komposisi kabinet sebelum hari pelantikan, namun beberapa laporan spekulatif menunjukkan bahwa beberapa loyalis mungkin memainkan peran penting,” kata Januar.
Nama-nama tersebut antara lain Setyo Hadi, Sugiono, Rahmat Pambudi, Syafri Sjamsoeeddin, Anggito Abimanyu, Burhanuddin Abdullah, serta menteri kabinet saat ini seperti Pratikno, Azwar Anas, Airlangga Hartarto, Budi J. Sadikin, dan Eric Thohir.
Strategi Prabowo untuk mencapai tujuannya
Aspek kedua yang perlu dipertimbangkan adalah pendekatan inti Prabowo terhadap pembangunan Indonesia.
“Janji-janji politik Prabowo yang terangkum dalam 'delapan visi' atau Asta Sita merupakan strategi komprehensif untuk mengatasi permasalahan sosial ekonomi Indonesia. Namun yang jelas tidak semua janji pemilunya akan terealisasi mengingat keterbatasan sumber daya,” kata Yanuar. .
Prabowo kemungkinan akan lebih fokus pada daftar “kemenangan cepat” yang ia buat dan timnya kemungkinan akan fokus pada pencapaian kemandirian ekonomi dan reindustrialisasi, termasuk industri hilir, dan meneruskan warisan Jokowi dalam hal ini.
Sejalan dengan tujuan ambisiusnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7-8 persen, atau bahkan 9 persen, pada akhir masa jabatan pertamanya pada tahun 2029, Prabowo kemungkinan akan mendorong resentralisasi.
“Ini berarti mengembalikan kekuasaan kepada pemerintah pusat dan intervensi pemerintah yang lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengatasi pengangguran dan mengurangi kesenjangan,” tambahnya.
Skema perlindungan sosial akan mendukung upaya ini, termasuk rencana untuk menyediakan makanan gratis bagi pelajar dan anak-anak, dan memperluas bantuan sosial.
Untuk menerapkan pendekatannya, Prabowo membutuhkan pemerintahan yang efektif. Beberapa orang percaya bahwa hal ini bisa mengadopsi pendekatan mantan Presiden Soeharto. Yakni, pembentukan semacam Sekretaris Pengawasan Pembangunan Presiden atau Sekretariat Pengawasan Pembangunan Presiden sebagai instrumen utama dalam mendorong pembangunan.
“Ini pada dasarnya adalah pendekatan militer: perlakukan pembangunan sebagai operasi militer. Hal ini sudah terlihat dalam pendekatan pemberian makan siang gratis – di bawah Badan Gizi Nasional yang baru, yang memiliki rantai komando militer dari tingkat nasional hingga tingkat kecamatan,” tambahnya.
(Oh)
Artikel selanjutnya
Megawati membeberkan posisi PDIP di bawah pemerintahan Prabowo