Jakarta, Harian – Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengirimkan sinyal kuat kepada negara-negara Barat mengenai kebijakan senjata nuklir Rusia, yang menurut Kremlin harus dilihat sebagai peringatan akan konsekuensi serius jika mereka melancarkan serangan terhadap Rusia.
Putin menekankan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan yang menggunakan rudal konvensional dan akan menganggap setiap serangan yang didukung oleh kekuatan nuklir sebagai serangan bersama terhadap Rusia.
Perubahan doktrin nuklir Rusia ini, seperti dijelaskan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, merupakan respons langsung terhadap diskusi di AS dan Inggris mengenai kemungkinan pemberian izin kepada Ukraina untuk meluncurkan rudal konvensional Barat ke Rusia.
Peskov menekankan bahwa partisipasi Barat dalam serangan terhadap Rusia, baik dengan atau tanpa penggunaan senjata nuklir, akan menimbulkan konsekuensi serius.
“Ini adalah sinyal yang memperingatkan negara-negara ini akan konsekuensinya jika mereka mengambil bagian dalam serangan terhadap negara kita dengan berbagai cara, dan tidak harus menggunakan senjata nuklir,” kata Peskov, Interfax melaporkan. ReutersJumat (27.09.2024).
Peskov menekankan bahwa dunia saat ini sedang menyaksikan konfrontasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menurutnya dipicu oleh “partisipasi langsung negara-negara Barat, termasuk negara-negara nuklir,” dalam perang di Ukraina.
Ia juga mengatakan, dokumen terkait perubahan kebijakan ini masih dalam tahap pembahasan dan keputusan akan dipublikasikan atau tidak akan diambil di kemudian hari.
Doktrin nuklir Rusia saat ini, yang dirumuskan dalam dekrit Putin tahun 2020, menyatakan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir atau konvensional musuh yang mengancam keberadaan negaranya.
Ditanya tentang kemungkinan Rusia mencabut moratorium uji coba nuklir pasca-Soviet, Peskov mengatakan hal itu tidak dapat dikonfirmasi karena pertemuan hari Rabu sebagian besar bersifat rahasia.
Peringatan keras tersebut mencerminkan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa, telah memberikan dukungan militer dan ekonomi yang signifikan kepada Ukraina, yang dipandang Rusia sebagai bentuk partisipasi langsung dalam konflik tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia telah meningkatkan retorikanya mengenai penggunaan senjata nuklir, termasuk ancaman tersirat terhadap negara-negara pendukung Ukraina. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi perang lebih lanjut, yang telah memakan banyak korban jiwa dan menyebabkan krisis kemanusiaan besar di wilayah tersebut.
(menetas/menetas)
Artikel selanjutnya
Putin marah, Rusia bersiap membombardir Ukraina dengan tembakan nuklir