PMI Manufaktur RI di Zona Merah, Pemerintah: Itu Biasa Saja!



gak-takut-pilpres-pmi-manufaktur-ri-catat-rekor-tertinggi-5-bulan_169 PMI Manufaktur RI di Zona Merah, Pemerintah: Itu Biasa Saja!




Jakarta, Harian – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan aktivitas manufaktur Indonesia atau indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur yang terus menurun tidak terlalu mengkhawatirkan pemerintah.

Seperti diketahui, data PMI yang dirilis S&P Global pada hari ini, Selasa (10/1/2024), menunjukkan PMI manufaktur Indonesia turun menjadi 49,2 pada September 2024. Artinya PMI manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut yaitu Juli (49,3), Agustus (48,9) dan September (49,2).

“Iya biasa saja, shock bulanan. Kalau kita lihat dalam 3-6 bulan, kita relatif lebih optimis,” ujarnya saat ditemui di kantornya di Jakarta, Selasa (10/1/2024).

Meski begitu, Airlangga mengatakan pemerintah tetap akan menyiapkan sejumlah insentif agar pelaku industri tetap percaya diri. Ia mengatakan, insentif tersebut akan diberikan setelah 20 Oktober 2024 atau setelah pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI.

“Stimulusnya akan datang setelah tanggal 20 Oktober,” kata Airlangga.

Terakhir kali Indonesia mencatatkan kontraksi output selama tiga bulan berturut-turut adalah pada awal pandemi Covid-19 pada tahun 2020, atau empat tahun lalu ketika aktivitas perekonomian terpaksa ditutup untuk mengurangi penyebaran virus.

Pada awal pandemi, PMI mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut, yakni pada April-Juli 2020. Kontraksi PMI manufaktur selama tiga bulan berturut-turut pada Juli-September 2024 juga menjadi kabar buruk bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) jelang pengunduran dirinya pada 20 Oktober mendatang.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Jika melebihi 50 berarti dunia usaha sedang dalam tahap ekspansi. Dan dibawahnya berarti kontraksi.

S&P menjelaskan, penurunan produksi di Indonesia disebabkan oleh turunnya permintaan. Kondisi ini menyebabkan bertambahnya persediaan barang di gudang. Perusahaan juga mengurangi aktivitas pembeliannya sebagai respons terhadap melemahnya permintaan pasar.

Paul Smith, Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, mengatakan penurunan PMI manufaktur Indonesia disebabkan lemahnya permintaan dari luar negeri akibat lesunya perekonomian global.

Permintaan manufaktur global yang lesu membebani penjualan luar negeri. Pesanan ekspor baru bahkan turun selama tujuh bulan berturut-turut hingga mencapai level terendah sejak November 2022.

“Kinerja sektor manufaktur Indonesia yang kurang menggembirakan tidak lepas dari kondisi makroekonomi global yang secara umum lesu. Perusahaan meresponsnya dengan mengurangi aktivitas pembelian dan lebih memilih menggunakan inventaris serta menjaga biaya dan efisiensi operasional,” kata Paul dalam situs resminya.

(Arj/ya)

Tonton videonya di bawah ini:

Video: Produksi Terburuk Sejak Pandemi Ancam Pemerintahan Jokowi!



Artikel berikutnya

Sri Mulyani mengatakan PMI manufaktur merupakan yang terburuk dalam 3 tahun terakhir


Leave a Comment