Jakarta, Harian – PT Pertamina Gas (Pertagas) sebagai anak perusahaan PT PGN Tbk (PGAS) merupakan operator atau pengelola pipa transmisi gas Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap 1.
Perseroan menjadi pengelola atau operator pipa tersebut sejak proyek pipa Cisem 1 mulai beroperasi pada November 2023.
Perlu diketahui, pipa Cisem dengan diameter pipa 20 inci ini dibangun dengan biaya investasi Rp 1,17 triliun.
Direktur Utama Pertagas Gamal Imam Santoso mengatakan pihaknya memenangkan lelang yang digelar pemerintah untuk menentukan operator proyek pipa gas yang membentang sepanjang 62 kilometer (km) sepanjang ruas Batang-Semarang itu.
Pihaknya memenangkan lelang operator karena menawarkan biaya transportasi atau tol paling terjangkau di antara beberapa perusahaan lain yang juga mengikuti lelang. Tol pipa Cisem 1 sebesar US$0,31 per MSF (seribu standar kaki kubik).
“Pertagas saat ini menjadi pengelola pipa Cirebon-Semarang 1. Saat itu kami ikut tender (lelang) pemerintah dan dinyatakan sebagai pemenang dengan harga US$0,31 per MSF (seribu standar kaki kubik). ). Itu adalah bagian dari operasi, hanya pemeliharaan. tarif pemerintah,” ujarnya saat ditemui di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, dikutip Rabu (10/2/2024).
Gamal menjelaskan, saat lelang operator pipa gas Cisem tahap pertama digelar, banyak perusahaan yang mengikuti proses lelang, namun Pertagas menjadi pemenang lelang dengan menawarkan harga paling terjangkau.
“Saat itu ada beberapa operator yang terlibat dalam proyek tersebut, Pertagas, yang menawarkan harga paling terjangkau,” imbuhnya.
Gamal mengatakan konsumen gas dari pipa Cisem 1 saat ini adalah PT PGN Tbk (PGAS) yang menyalurkan gasnya ke dua kawasan industri, yakni Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, dan Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah.
“PGN sendiri dijual di dua kawasan industri. Salah satunya saat ini berada di Kendal dengan pemakaian saat ini hanya 0,7 (MMSCFD). Yang satu lagi ada di Kawasan Industri Batanga sekitar hari ini, 0,97 MMSCFD hari ini,” jelasnya.
Selain itu, Gamal mengatakan, pihaknya bersama-sama mengelola pipa gas Cisem 1 bersama pemerintah melalui Balai Pengujian Migas (Lemigas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Pada Cisem (tahap) 1, Pertagas bekerja sama dengan Lemigas sebagai badan umum di lingkungan ESDM. Karena (Lemigas) ditunjuk oleh negara,” ujarnya.
Sekadar informasi, Kementerian ESDM menyatakan proyeksi potensi industri yang bisa memanfaatkan gas dari pipa Cisem-1 di Kendal dan Batanga sekitar 40 industri.
Beberapa hari lalu, Senin (30/09/2024), Kementerian ESDM baru saja meresmikan dimulainya pembangunan pipa Cisem 2 senilai Rp2,7 triliun. Peresmian perdana fasilitas ini dilakukan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada Senin (30 September 2024). Ini merupakan kelanjutan dari pipa Cisem 1.
Proyek Pipa Gas Cirebon-Semarang (Sisem) Tahap II dibangun sepanjang 245 km. kilometer (km), meliputi ruas Batang – Cirebon – Kandang Haur Timur.
Proyek tersebut akan didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) multi-tahunan 2024-2026. Pembangunan pipa Cisem 2 dijadwalkan selesai pada Februari 2026.
Selain manfaat bagi industri, pipa Cisem juga akan memberikan manfaat tambahan bagi masyarakat melalui jaringan distribusi gas untuk rumah tangga (jarga).
Menurut Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, jika proyek pipa Cisem selesai seluruhnya, termasuk Tahap 2, maka ada potensi pasokan gas ke kota itu di masa depan. jaringan gas (jarga) dengan kapasitas minimal 5 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara untuk menyalurkan 300.000 sambungan rumah tangga.
Jika diterapkan, Kementerian ESDM memperkirakan dapat mengurangi subsidi LPG sebesar Rp0,21 triliun per tahun dan menghemat devisa impor LPG sebesar Rp0,33 triliun per tahun. Selain itu, penerimaan migas meningkat Rp 0,44 triliun per tahun dan pemungutan PNBP dari BPH Migas meningkat Rp 0,006 triliun per tahun.
(melalui)
Artikel berikutnya
Bahlil meresmikan dimulainya pembangunan pipa gas Cisem tahap kedua senilai Rp 2,7 triliun.