Jakarta, Harian – Amerika Serikat (AS) kembali memberi sinyal untuk mengirimkan pasukan ke Timur Tengah. Hal ini terjadi seiring meningkatnya eskalasi politik di kawasan akibat serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina, dan Lebanon.
Dalam laporan Reuters dinyatakan pada Senin (30/9/2024), Militer AS mengatakan pihaknya meningkatkan kemampuan udara di dunia Arab dan menempatkan pasukan dalam siaga tinggi untuk ditempatkan di wilayah tersebut. Pengumuman tersebut disampaikan dua hari setelah Presiden Joe Biden meminta Pentagon untuk menyesuaikan penempatan pasukan di wilayah tersebut.
“Amerika Serikat bertekad untuk mencegah Iran dan mitra serta proksi yang didukung Iran mengeksploitasi situasi atau memperluas konflik,” kata juru bicara Pentagon Mayjen Patrick Ryder dalam pernyataannya Minggu waktu setempat.
“Jika kelompok yang didukung Iran atau Teheran menggunakan momen ini untuk menyerang personel atau kepentingan Amerika di kawasan, Amerika Serikat akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi rakyat kami,” tambahnya.
Pernyataan Pentagon tidak banyak bicara mengenai ukuran dan cakupan pengerahan udara baru tersebut, hanya mengatakan bahwa “kami akan terus memperkuat kemampuan dukungan pertahanan udara kami dalam beberapa hari mendatang.”
Ketegangan terus meningkat di Timur Tengah ketika Israel mulai melancarkan serangan udara di Lebanon, menargetkan milisi Syiah Hizbullah yang didukung Iran. Hal ini menyusul insiden di mana pager dan radio yang digunakan oleh Hizbullah meledak, menewaskan 39 orang.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan partainya bertujuan untuk mengalahkan Hizbullah sampai kelompok tersebut benar-benar hancur. Hizbullah diketahui melancarkan serangkaian serangan pada tahun lalu sebagai bentuk solidaritas terhadap milisi Hamas di Jalur Gaza, Palestina.
Pada hari Minggu, Israel melancarkan lebih banyak serangan terhadap sasaran di Lebanon. Tel Aviv terus menekan Hizbullah dengan serangan baru menyusul pembunuhan pemimpin kelompok tersebut Sayyed Hassan Nasrallah dan beberapa komandan penting lainnya dalam kampanye militer yang meningkat.
Serangan tersebut merupakan pukulan besar bagi Hizbullah setelah hampir setahun terjadi baku tembak lintas batas yang menewaskan banyak pemimpinnya dan mengungkap celah keamanan yang menganga. Namun serangan itu juga menimbulkan pertanyaan mengenai niat Washington untuk menghentikan eskalasi.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada hari Minggu bahwa Amerika Serikat sedang memantau apa yang dilakukan Hizbullah ketika mereka mencoba untuk mengisi kekosongan kepemimpinannya. Ia mengatakan Washington juga telah berkoordinasi dengan Israel.
Di sisi lain, Departemen Luar Negeri AS tidak memerintahkan evakuasi dari Lebanon. Namun para pejabat AS mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa Pentagon mengirim lebih banyak pasukan ke Siprus untuk membantu militer mempersiapkan skenario termasuk evakuasi warga Amerika dari Lebanon.
“(Menteri Pertahanan Lloyd Austin) telah meningkatkan kesiapan pasukan tambahan AS untuk dikerahkan, meningkatkan kesiapan kami untuk merespons berbagai kemungkinan,” tambah Ryder dalam sebuah pernyataan.
(bos/bos)
Artikel berikutnya
Perang Arab baru akan segera terjadi, negara-negara saling mengancam