Parlemen Korsel Serukan Pemakzulan Presiden Usai Geger Darurat Militer



orang-orang-berkumpul-di-luar-majelis-nasional-setelah-presiden-korea-selatan-yoon-suk-yeol-mengumumkan-darurat-militer-di-seo_169 Parlemen Korsel Serukan Pemakzulan Presiden Usai Geger Darurat Militer



Daftar isi



Jakarta, Harian – Presiden Korea Selatan Yoon Seok-yeol menghadapi salah satu krisis politik terbesar dalam sejarah modern negara itu setelah mengumumkan darurat militer. pada Selasa (12/3/2024) malam dan ditarik kembali beberapa jam kemudian. Tindakan tersebut memicu protes besar-besaran, kerugian ekonomi, dan seruan pemakzulan dari anggota parlemen.

Yun mengumumkan darurat militer dengan alasan melindungi negara dari ancaman Korea Utara yang memiliki senjata nuklir dan memerangi pasukan anti-negara yang pro-Korea Utara. Namun, dia tidak memberikan bukti ancaman spesifik. Keputusan tersebut mencakup larangan aktivitas politik dan pemantauan media yang ketat oleh komandan militer.

Pasukan berseragam berusaha memasuki Gedung Parlemen untuk melaksanakan keputusan tersebut, namun dihentikan oleh staf Parlemen yang membawa alat pemadam kebakaran. Dalam pertemuan yang mengejutkan, 190 dari 300 anggota Majelis Nasional, termasuk 18 anggota partai Yun, dengan suara bulat menyerukan diakhirinya darurat militer.

Dalam pidatonya di televisi, Yoon berkata: “Langkah ini diperlukan untuk melindungi tatanan konstitusional yang bebas.” Namun, tekanan parlemen dan protes massa memaksanya untuk menarik keputusan tersebut.

Panggilan untuk pemakzulan

Koalisi oposisi di parlemen telah mengumumkan rencana untuk mengajukan rancangan undang-undang untuk memakzulkan Presiden Yoon.

“Parlemen harus segera fokus menghentikan tindakan presiden dan mengesahkan undang-undang pemakzulan secepat mungkin,” kata anggota parlemen Hwang Un-ha, menurut Reuters.

Partai Demokrat, oposisi utama, menuduh Yun melakukan pengkhianatan. Park Chang-dae, seorang anggota senior partai, mengatakan bahwa meskipun darurat militer dicabut, dia tidak akan bisa lepas dari tuduhan pengkhianatan. “Presiden Yoon tidak lagi mampu mengatur negara secara normal. Dia harus mengundurkan diri.”

Pemakzulan bisa dilakukan jika didukung oleh dua pertiga anggota parlemen. Mahkamah Konstitusi kemudian akan menggelar sidang untuk menentukan keabsahannya.

Dampak ekonomi dan demonstrasi

Krisis politik ini telah mengguncang pasar keuangan. Indeks saham Korea Selatan turun 2% pada bel pembukaan dan won terhadap dolar mencapai titik terendah dalam dua tahun. Pemerintah menjanjikan dukungan keuangan tanpa batas untuk menstabilkan pasar.

Di sisi lain, serikat pekerja terbesar Korea Selatan, Konfederasi Serikat Buruh Korea, mengancam akan mogok kerja hingga Yoon mengundurkan diri. Ribuan orang berkumpul di luar Majelis Nasional, menyerukan diakhirinya darurat militer dan menuntut penangkapan presiden.

Sejumlah perusahaan besar, termasuk Naver dan LG Electronics, telah memerintahkan karyawannya untuk bekerja dari rumah untuk mengantisipasi situasi yang tidak menentu.

Respon internasional

Krisis ini juga menarik perhatian internasional. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyambut baik keputusan Yoon untuk mencabut darurat militer, sekaligus menekankan pentingnya menyelesaikan konflik secara damai dan sesuai dengan hukum.

Danny Russell, wakil presiden Asia Society Policy Institute, berkomentar: “Korea Selatan telah terhindar dari krisis besar, namun Presiden Yoon mungkin telah merusak citranya sendiri.”

Deklarasi darurat militer terakhir terjadi di Korea Selatan pada tahun 1980, ketika kelompok militer yang dipimpin oleh Chun Doo-hwan menekan gerakan pro-demokrasi. Meskipun Korea Selatan merupakan negara demokrasi yang stabil sejak tahun 1980an, langkah Yoon mengingatkan kita pada masa otoritarianisme.

Yoon, yang terpilih pada tahun 2022 dengan selisih terkecil dalam sejarah pemilihan presiden Korea Selatan, menghadapi tingkat kepuasan yang rendah, hanya sekitar 20%. Kekalahan besar partainya dalam pemilu legislatif April lalu semakin melemahkan posisinya di parlemen.

Krisis ini tidak hanya mengancam masa depan politik Yoon tetapi juga stabilitas demokrasi di Korea Selatan, negara yang memainkan peran penting dalam aliansi ekonomi dan keamanan Asia dengan Amerika Serikat.

(menetas/menetas)

Tonton videonya di bawah ini:

Video: KBRI Seoul menghimbau WNI untuk waspada dan menaati keputusan darurat militer



Artikel selanjutnya

Mantan Presiden Korea Selatan itu menjadi tersangka kasus suap jabatan menantunya


Leave a Comment