Jakarta, Harian – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menerbitkan prakiraan iklim tahun 2025. Kepala BMKG Dwikorita Karnavati mengatakan, data terbaru ini dapat dijadikan sebagai acuan informasi oleh kementerian/lembaga serta pemerintah daerah dalam perencanaan dan kegiatan yang berkaitan atau dipengaruhi oleh fenomena iklim.
Sementara itu, BMKG juga memastikan fenomena iklim La Niña telah terjadi di Indonesia.
Mengutip Analisis Dinamika Atmosfer Dasaryan III Oktober 2024, hasil pemantauan indeks IOD dan ENSO Dasaryan III Oktober 2024 menunjukkan indeks IOD telah melewati ambang batas netral dengan indeks IOD -0,77 dan bertahan selama 2 bertahun-tahun. .
Dan anomali SPL pada Nino3,4 melewati ambang batas netral dengan indeks -0,67 (La Niña lemah) dan berlangsung selama 2 hari.
“Tidak akan terjadi anomali iklim pada tahun 2025. Pasalnya, ENSO (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) berada dalam kondisi netral sepanjang tahun 2025. Kondisi La Niña yang lemah diperkirakan akan terus berlanjut hingga awal tahun 2025,” ujarnya. pada konferensi pers yang digelar secara online, Senin (11 April 2024).
“Suhu udara permukaan rata-rata bulanan di Indonesia pada bulan Januari hingga Desember 2025 diperkirakan berkisar antara +0,3 hingga +0,6 °C, dan pada bulan Mei-Juli 2025 (rata-rata 0,4 °C) lebih tinggi dari biasanya,” jelasnya. .
Ia menambahkan, kondisi tersebut bisa terjadi di wilayah yang berada di Sumatera Selatan, Jawa, NTB, dan NTT.
Berdasarkan kondisi dinamis atmosfer dan laut, BMKG memperkirakan sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan tahunan kategori normal pada tahun 2025 dengan curah hujan tahunan sebesar 1.000 hingga 5.000 mm/tahun, jelasnya.
Ia menjelaskan, 67% wilayah Indonesia dapat menerima curah hujan tahunan lebih dari 2.500 mm/tahun (kategori tinggi). Yakni meliputi sebagian besar wilayah Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian besar Riau bagian barat, sebagian Jambi, sebagian besar Bengkulu, sebagian Sumatera Selatan, sebagian besar Kepulauan Bangka Belitung, sebagian Lampung bagian utara, sebagian Banten. , sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi tengah dan selatan, sebagian Bali, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian besar Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Papua.
Kemudian, menurut prakiraan, 15% wilayah Indonesia akan mendapat curah hujan di atas normal. Yakni meliputi sebagian kecil Pulau Sumatera, sebagian kecil Kalimantan Timur bagian timur, sebagian kecil Sulawesi tengah dan utara, sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian kecil Sulawesi Tenggara, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur. , sebagian kecil Kepulauan Maluku dan sebagian kecil Papua tengah.
“1% wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami curah hujan tahunan di bawah normal. Meliputi sebagian kecil wilayah Sumatera Selatan bagian barat, sebagian kecil wilayah Nusa Tenggara bagian timur, sebagian kecil wilayah Maluku Utara, sebagian kecil wilayah Indonesia bagian barat bagian utara. Papua,” kata Dwikorita.
Dampak La Niña di Indonesia
Sementara itu, Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengingatkan dampak La Niña terhadap kondisi cuaca di Indonesia.
Terkait potensi dampak La Niña lemah yang diperkirakan terjadi pada awal tahun 2025, terdapat kemungkinan terjadinya tambahan curah hujan hingga 20% di atas normal yang dapat menyebabkan peningkatan frekuensi bencana hidrometeorologi, ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Oleh karena itu, kementerian/departemen terkait dan pemerintah daerah perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana tersebut, kata Ardhasena.
Foto: Kepala BMKG Dwikorita Karnavati, di sebelah kanan Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan. (BMKG)
Kepala BMKG Dwikorita Karnavati, kanan Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan. (BMKG)
|
(hari/hari)
Artikel berikutnya
El Niño resmi berakhir, BMKG merilis prakiraan baru kapan La Niño akan melanda Indonesia