memuat…
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mencium kening Kepala Tahta Suci Vatikan, Paus Fransiskus (kanan), usai foto bersama di Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis (9 Mei 2024). FOTO/SINDOnews/ARIF JULIANTO
“Kunjungan Paus ke Indonesia merupakan kunjungan yang sangat bersejarah dan sangat berarti untuk mendorong perdamaian, mendorong kerukunan antar umat beragama, khususnya antara dua agama yaitu Katolik dan Islam yang merupakan agama mayoritas di Indonesia,” manajemen Lembaga Penelitian tersebut. dikatakan. dan Sumber Daya Pengembangan. Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU Naji Arromadloni di Jakarta, Rabu (9 November 2024).
Gus Naji, sapaan akrabnya, menegaskan, dorongan tersebut harus dimaknai sebagai upaya rekonsiliasi, apalagi mengingat konflik agama yang terjadi di Indonesia. “Kunjungan ini harus kita maknai sebagai upaya memperkuat kerukunan, memperkuat perdamaian, dan juga sebagai upaya memperkuat rekonsiliasi,” ujarnya.
Menurut Gus Najih, kepemimpinan agama di Indonesia harus merangkul semangat keberagaman. “Semua pemuka agama di Indonesia baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu harus sepakat bahwa kita semua di Indonesia adalah masyarakat Indonesia yang beragama, dan kita harus mempunyai pemahaman yang sama bahwa agama harus menjadi sumber kebahagiaan. solusi. ., bukan sumber masalahnya,” ujarnya.
Menanggapi persahabatan yang ditunjukkan Imam Besar Masjid Istiqlal dan Paus Fransiskus, Gus Najih menegaskan, hal tersebut sama sekali tidak melanggar ajaran Islam. “Apa yang dilakukan Imam Besar Istiqlal dan Paus sebenarnya sangat signifikan, sangat simbolis dan sama sekali tidak melanggar ajaran Islam. Karena Islam sebenarnya berasal dari kata salam yang artinya damai,” ujarnya.
Gus Najih juga menekankan pentingnya dialog dan komunikasi dalam mencegah konflik antar umat beragama. “Upaya penguatan dialog, penguatan komunikasi, diplomasi harus terus diupayakan sebagai upaya untuk meminimalisir atau mencegah kesalahpahaman dan memperkuat saling pengertian antar berbagai pihak,” ujarnya.
Merujuk pada sejarah Islam, Gus Najih mengingatkan Nabi Muhammad (SAW) untuk selalu mengedepankan dialog dan perdamaian. “Kita ingat bagaimana Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin tertinggi agama Islam adalah sosok yang sangat menekankan pentingnya dialog. Islam telah menjadi besar dalam sejarahnya karena akhlaknya yang mulia. hebat karena perang,” tegasnya.
Gus Nagy berharap keteladanan para pemimpin agama, termasuk Paus Fransiskus, dapat ditiru di tingkat akar rumput. Hal ini akan membantu memperkuat kerukunan antar umat beragama di masyarakat hingga ke tingkat paling bawah. Dengan demikian, keharmonisan dan perdamaian tidak hanya muncul secara konseptual, namun juga nyata.
“Apa yang dilakukan oleh para pemuka agama Islam di Indonesia, para pemuka agama NU, para ulama ulama lainnya, termasuk yang ditunjukkan oleh pemimpin tertinggi umat Katolik yaitu Paus dalam kunjungannya dan kemudian dalam upaya perdamaian yang digagas oleh, dan juga di tingkat internasional, upaya-upaya ini, menurut saya, harus diturunkan ke tingkat yang paling rendah,” ujarnya.
Gus Najih mengatakan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menginspirasi seluruh umat beragama untuk terus mempererat cinta dan persaudaraan. Momen bersejarah ini diharapkan dapat menjadi titik balik dalam mendorong kerukunan dan perdamaian, sekaligus menjadi sanggahan nyata terhadap narasi-narasi ekstremis yang berupaya memecah belah persatuan bangsa.
“Upaya menciptakan perdamaian harus dilakukan secara inklusif dan tanpa diskriminasi. Indonesia juga harus mengingat pentingnya memperjuangkan keadilan global, termasuk masalah Palestina, sebagai bagian dari kewajiban kemanusiaan yang mendasar,” ujarnya.
(abd)