Jakarta, Harian – Direktur Jenderal Pemajuan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Budi Sulistö, mengidentifikasi adanya efek domino jika susu ikan digunakan dalam program pangan bergizi gratis (MBG). Salah satunya terkait penciptaan lapangan kerja baru.
Budi menilai pemanfaatan susu ikan dalam program MBG dapat memperbaiki keadaan UMKM. Ia juga menegaskan, tidak perlu ada perdebatan mengenai susu ikan dan susu sapi karena kedua produk ini memiliki keunggulan masing-masing.
“Jadi tidak ada yang perlu dibicarakan. Semua punya satu keunggulan: kita memetakan sumber kebutuhan perekonomian nasional. Kalau bicara realisasi 1% dari kebutuhan 4,1 juta ton susu, maka akan terbuka 6.150 ton susu. fasilitas produksi protein ikan dengan kapasitas 2 ton per bulan,” kata Budi pada konferensi pers “Apa itu Susu Ikan” di kantor KKP, Jakarta, Selasa (17/9/2024).
Ia juga menjelaskan, jika 1% kebutuhan susu nasional per tahun dipenuhi dari susu ikan, maka akan menimbulkan serangkaian efek domino. Yakni mendorong tumbuhnya 6.150 industri protein ikan dan 7.119 industri susu ikan sehingga mampu menyerap sekitar 195.796 lapangan kerja baru.
Seperti dijelaskan di bawah ini, 6.150 fasilitas produksi protein diperkirakan mampu memproduksi 147.600 ton protein ikan per tahun. Susu ikan tersebut akan diolah oleh sekitar 7.119 pabrik susu ikan sehingga menghasilkan 492.000 ton susu ikan per tahun. Rantai produksi ini akan melibatkan 195.796 tenaga kerja, mulai dari nelayan, produsen protein ikan, dan produsen susu ikan.
Selain meningkatkan asupan protein dan memanfaatkan sumber daya alam, susu ikan juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, ujarnya.
“Ini peluang kekuatan nasional: kita bisa menciptakan dan memanfaatkan sumber daya alam yang kita miliki untuk meningkatkan asupan protein masyarakat. Asupan protein masyarakat akan kita tingkatkan hingga level generasi emas yaitu 100 gram per kapita per hari,” jelas Budi.
“Dengan semangat kita, kita bergerak bersama di tingkat nasional, menjadikan ikan sebagai protein nasional, mensukseskan program pangan gratis bergizi dan menciptakan generasi emas Indonesia,” ujarnya.
Budi menjelaskan, protein ikan terhidrolisis (HPI) yang digunakan untuk mengekstrak susu ikan juga dapat digunakan untuk mengolah berbagai produk ikan lainnya seperti tepung, sagu, kue, dan lain-lain. Hal ini merupakan salah satu upaya PCC untuk mendorong pengolahan di sektor perikanan. sektor.
Efek pengganda lainnya, ketika program MBG memanfaatkan sektor perikanan, maka dapat menambah 1,3 juta lapangan kerja dan 6,5 juta lapangan kerja.
“Nah, kalau kita bicara program pangan bergizi gratis, mungkin 100 gram ikan per minggu, dengan data target Kementerian Perekonomian, dibutuhkan ikan mentah sekitar 352 ton dengan omzet ekonomi sekitar Rp 7,05 triliun. “, jelasnya.
Dalam foto: CEO PDSPKP KKP Budi Sulistö dan pendiri Give Protein Yogie Arri pada konferensi pers “Apa itu susu ikan?” di kantor PAC Jakarta, Selasa (17 September 2024). (Harian/Martyasari Rizki)
CEO PDSPKP KKP Budi Sulistö dan pendiri Give Protein Yogie Arry pada konferensi pers “Apa itu susu ikan?” di kantor PAC Jakarta, Selasa (17 September 2024). (Harian/Martyasari Rizki)
|
(dce)
Artikel berikutnya
Kepala Badan Gizi Nasional angkat bicara tentang susu ikan dalam program MBG