Kelas Menengah RI Bikin Mal Sepi-Beli Barang Murah, Ini Biang Keroknya



pengunjung-saat-berbelanja-di-pusat-perbelajan-kota-kasablanka-jakarta-jumat-1242024-cnbc-indonesiafaisal-rahman-5_169 Kelas Menengah RI Bikin Mal Sepi-Beli Barang Murah, Ini Biang Keroknya




Jakarta, Harian – Masyarakat kelas menengah diketahui “terlalu malas” untuk makan di pusat perbelanjaan. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya kunjungan ke mall dan mall di Indonesia. Dan ternyata penyebabnya bukan hanya masalah daya beli saja, tapi juga faktor lain yang dihadapi kelas menengah Indonesia.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Retail dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budiharjo Iduansyah mengatakan, penurunan pengunjung terutama terjadi pada pusat perbelanjaan kelas menengah. Namun, tidak terjadi penurunan signifikan pada pusat perbelanjaan mewah.

“Di Jakarta kalau dibilang tidak belanja di hari biasa, itu benar. Jadi, mal buka Senin-Jumat, masyarakat malas ke mal, menaati aturan ganjil genap. Kelas menengah hanya punya satu mobil. Plaza Indonesia tidak kosong. Yang belanja ke Plaza Indonesia, hari ini aneh, dia naik Alphard yang aneh. Hari ini genap, dia mengendarai Mercedes genap,” kata Budihardjo kepada Harian, dikutip Sabtu (21/). 9/2024).

“Artinya kamu tidak sakit kepala. Tapi lihat GI (Indonesia Raya), kalau weekdays biasanya sepi. Pada hari Sabtu dan Minggu ramai. Sebab yang berangkat ke sana adalah masyarakat kelas menengah yang mempunyai satu mobil. Mau ke mall, males, kena aturan ganjil genap: “Malah mematikan mall dan retail,” imbuhnya.

Jika kondisi ini terus berlanjut, maka seiring berjalannya waktu dampaknya akan semakin besar terhadap penjualan toko mal, ujarnya.

“Kalau daya belinya seperti ini, ya memang begitu. Tapi kalau ini (penurunan kunjungan mal karena aturan ganjil genap) berlangsung lama, mungkin toko-toko pada akhirnya akan ikut terpuruk juga. Toko, kemudian akan berdampak pada perekonomian Indonesia. “Indonesia, perekonomian Jakarta akan semakin kecil,” ujarnya.

“Jadi kita perlu benar-benar melihat apakah aturan ini tepat untuk menstimulasi perekonomian,” ujarnya.

Kantong Warga RI Menipis, Beli Barang Murah

Selain itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja memperkirakan pertumbuhan industri ritel modern dan pusat perbelanjaan kemungkinan hanya akan berada di angka satu digit pada tahun ini. Hal ini, kata dia, disebabkan semakin menipisnya kantong masyarakat Indonesia yang kemudian berdampak pada pola pembelian.

“Uang yang mereka miliki semakin berkurang. Oleh karena itu, saat ini pola belanja masyarakat menengah ke bawah cenderung membeli barang atau produk dengan nilai satuan atau harga yang lebih kecil atau lebih rendah,” kata Alphonsus Widjaja dalam wawancara dengan Harian, dikutip Sabtu (21/). 9/2024).

“Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab semakin maraknya barang impor ilegal. Karena harga yang sangat rendah akibat tidak dibayarnya berbagai bea dan pajak sebagaimana yang dipersyaratkan,” ujarnya.

Ia mengatakan, penurunan daya beli masyarakat menengah ke bawah sudah terjadi sejak awal tahun ini, khususnya pasca Idul Fitri 2024. Daya beli masyarakat menengah ke bawah di luar Pulau Jawa relatif lebih stabil dibandingkan masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa. .

“Diperkirakan situasi ini akan berlanjut hingga akhir tahun ini. Oleh karena itu, industri ritel secara keseluruhan juga diproyeksikan tumbuh satu digit pada tahun 2024,” kata Alphonzus.

“Ada harapan ada perbaikan di tahun 2025, mengingat pemerintahan baru menargetkan pertumbuhan ekonomi yang cukup agresif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” tutupnya.

(dse/dse)

Tonton videonya di bawah ini:

Tingginya biaya operasional dan turunnya daya beli, perekonomian RI sulit mencapai 5% di tahun 2024



Artikel berikutnya

Daftar pemilik 10 pusat perbelanjaan raksasa dan mewah di Jakarta


Leave a Comment