Jakarta, Harian – Hingga 1 Oktober 2024, sebanyak 18,98 juta orang telah mengikuti program Kartu Prakerja yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo pada April 2020. Dari total peserta, 61% diantaranya menganggur.
Direktur Eksekutif Pengelola Program Kartu Prakerja Denny Puspa Purbasari, dari total 61% pengangguran, 13% tergolong wirausaha atau wirausaha dan 13% sudah memasuki angkatan kerja.
Meski begitu, ia menyoroti 39% peserta sudah bekerja namun ingin berganti karir, berstatus wirausaha namun ingin meningkatkan keterampilan atau kemampuannya.
Jadi dengan tambahan 26% masyarakat yang kini berwirausaha dan bekerja, maka total masyarakat yang bekerja atau berwirausaha setelah mengikuti program Kartu Prakerja menjadi 65% atau mayoritas peserta Kartu Prakerja. .
“Jadi sekarang peserta pekerja mendominasi. Setelah 2 bulan, mereka bilang sudah bekerja dan berusaha,” kata Denny saat konferensi pers di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian di Jakarta, Rabu (10 Februari 2024).
Denny menegaskan, angka tersebut merupakan hasil survei angkatan Program Persiapan Ketenagakerjaan tahun ini, sedangkan angkatan 2020, 2021, 2022, dan 2023 tidak disurvei. Survei komprehensif akan dilakukan pada November mendatang untuk mendata peserta program prakerja yang sudah memasuki dunia kerja, berwirausaha, atau masih menganggur.
Oleh karena itu, pada bulan November ini PMO Prakerja akan melakukan tracking study terhadap 18,9 juta peserta untuk mengetahui status terkini penerima Prakerja, kata Denny.
Melihat capaian tersebut, Denny belum bisa memastikan apakah program prakerja akan dilanjutkan pada masa pemerintahan Prabowo Subianto atau tidak setelah dilantik pada 20 Oktober 2024. Dia hanya menegaskan, keputusan tersebut sepenuhnya merupakan kebijaksanaan Prabowo.
“Jadi kawan-kawan, tunggu saja apa yang dikatakan pemerintahan baru,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso yang juga Sekretaris Badan Pengarah Prakerja menegaskan, sebenarnya banyak capaian program Prakerja yang bisa dijadikan bahan pertimbangan ke depan. pemerintah.
“Apalagi kalau isu ini soal penciptaan lapangan kerja, isu yang berkaitan dengan ketenagakerjaan kita, khususnya isu kelas menengah. Semuanya sangat relevan dan harus berdampak positif bagi keberlanjutan kita,” ujarnya.
Namun keputusan tetap ada di pemerintahan baru, kami berharap keputusan akhir tetap berlanjut di pemerintahan baru, kata Susiwijono.
Selain keikutsertaan dan program yang memberikan penerima manfaat beasiswa pendidikan sebesar Rp3,5 juta, Susiwihono menegaskan, program tersebut menjadi benchmark bagi negara lain untuk melaksanakan program serupa.
“Beberapa negara sudah meniru bahkan mereplikasi program kesiapan kerja dengan pola yang sama seperti Kamboja, Thailand, Maroko, dan Malaysia, bahkan kemarin kita belajar langsung dengan datang ke sini,” kata Susiwijono.
Sebagai informasi, tahun ini PMO Prakerja mendapat anggaran sebesar Rp5 triliun dan terpakai 99%. Tahun ini saja, terdapat 1,41 juta peserta di antara 18,98 juta peserta Prakerja.
(R/Y)
Artikel berikutnya
Perhatian! Kartu kerja Gelombang 67 dibuka