Gak Cuma BBM, Perubahan Subsidi Juga Menyasar ke LPG dan Listrik?



21d9d3ea-09d6-4175-838e-db24a62857cd_169 Gak Cuma BBM, Perubahan Subsidi Juga Menyasar ke LPG dan Listrik?




Jakarta, Harian – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan pemerintah berencana mengubah skema subsidi energi. Apalagi dari yang awalnya berbasis komoditas menjadi bantuan tunai langsung (BLT).

Sedangkan subsidi energi meliputi bahan bakar minyak berat (BBM), Gas minyak bumi cair (CIS) dan listrik. Alasan perubahan ini adalah penyaluran subsidi menjadi lebih tepat sasaran.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, pihaknya masih mempelajari kriteria penyaluran subsidi energi yang tepat. Namun yang pasti salah satu skemanya adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT).

“Kalau ESDM tahu berapa kWh listrik yang diterima suatu rumah tangga, maka apa yang ditentukan oleh ESDM akan kita laporkan ke menteri, kita akan laporkan bagaimana keadaan rumah tangga hari ini, tapi siapa yang akan membawa? daerah-daerah yang nanti akan diputuskan, saya di sini di tim teknis hanya punya pilihan,” ujarnya di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (11 Januari 2024).

Sebelumnya, Direktur Center for Economic and Legal Studies (Celios) Bhima Yudhistira memberikan tanggapannya terkait rencana penggantian subsidi BBM dengan bantuan langsung tunai (BLT) yang diajukan pemerintahan Prabowo Subianto.

Langkah ini dapat memberikan beberapa manfaat, seperti mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar dan mengurangi anggaran subsidi secara signifikan, ujarnya. Kebijakan tersebut juga diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih banyak menggunakan transportasi umum dan mempercepat transisi energi.

“Penggantian subsidi energi dengan BLT di satu sisi dapat menghemat impor BBM dan juga menurunkan anggaran subsidi BBM secara signifikan. Hal ini juga memaksa masyarakat untuk menggunakan transportasi umum dan mempercepat transisi energi,” kata Bhima kepada Harian, Senin (30/). 9/2024).

Meski demikian, ia juga mengingatkan ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum kebijakan ini diterapkan. Salah satunya adalah tidak semua penerima BLT dan konsumen BBM bersubsidi termasuk kelompok miskin.

Bhima menyarankan, jika mekanismenya ingin diubah, BLT juga harus menyasar masyarakat miskin yang rentan dan calon kelas menengah. Sebab kelompok ini berjumlah sekitar 137,5 juta jiwa atau hampir 50% dari total penduduk.

“Calon kelas menengah atau masyarakat yang bergerak menuju kelas menengah mencapai 137,5 juta orang atau hampir 50% dari jumlah penduduk,” ujarnya.

Ia menambahkan, selama ini BLT hanya menyasar masyarakat miskin, sedangkan kelompok kelas menengah yang rentan mungkin akan dirugikan akibat pencabutan subsidi BBM karena mereka tidak masuk dalam kategori penerima BLT, padahal mereka berisiko masuk dalam kategori penerima BLT. penerima BLT. kemiskinan.

Bhima kemudian mengungkapkan kekhawatirannya terhadap daya beli masyarakat. Jika cakupan BLT terbukti tidak cukup untuk mengkompensasi penghapusan subsidi bahan bakar, daya beli rumah tangga bisa berkurang secara signifikan. “Konsumsi rumah tangga mungkin tumbuh di bawah 4% per tahun (year-on-year) pada tahun depan,” kata Bhima.

(pgr/pgr)

Tonton videonya di bawah ini:

Video: Selesaikan Masalah Impor Minyak Indonesia – Pekerjaan Rumah Menteri ESDM Prabowo



Artikel selanjutnya

Prabowo akan mengubah skema subsidi bahan bakar dan listrik menjadi subsidi rakyat atau BLT


Leave a Comment