Energi Terbarukan RI Masih di Bawah Target, Bahlil Ungkap Penyebabnya



menteri-esdm-bahlil-lahadalia-saat-memberikan-sambutan-dalam-pembukaan-iigce-jakarta-rabu-1892024_169 Energi Terbarukan RI Masih di Bawah Target, Bahlil Ungkap Penyebabnya




Jakarta, Harian – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia angkat bicara mengenai penyebab tidak terpenuhinya target energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. Indonesia masih harus mengupayakan tambahan bauran EBT domestik sebesar 8 gigawatt (GW).

Berdasarkan target kebijakan energi nasional pada tahun 2025, pangsa EBT dalam bauran energi nasional diperkirakan mencapai 23%. Namun faktanya, kita belum mencapai 23 ribu megawatt (MW), defisitnya 8 gigabyte. watt (GW),” jelasnya pada Indonesia International Geothermal Conference and Exhibition (IIGCE) ke-10 2024 di JCC, Rabu (18 September 2024).

Menurut Bahlil, bauran EBT pada tahun 2025 belum tercapai karena belum terbangunnya infrastruktur berupa jaringan listrik untuk menyalurkan listrik dari sumber EBT di Indonesia. “Kemarin saya tanya ke Dirut PLN kenapa bisa terjadi? Ternyata Pak, sumber energi baru terbarukan kita besar, tapi jaringannya belum tersambung,” jelasnya.

Ia mencontohkan: Indonesia mempunyai potensi EBT di wilayah Riau, namun karena keterbatasan infrastruktur berupa jaringan listrik, potensi listrik di Riau belum bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan EBT di wilayah lain.

“Misalnya energi baru terbarukan sudah tersedia di Riau, namun belum ada jaringan listrik yang menyambungkannya. Ini faktor penyebabnya,” imbuhnya.

Oleh karena itu, jaringan listrik EBT di dalam negeri menjadi tugas Menteri ESDM yang baru. “Tugas Menteri ESDM yang baru Pak, menyelesaikan masalah ini bersama PLN,” tegasnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Departemen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Enya Listiani Devi mengatakan implementasi kerangka energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai 13,93%. dari total penjualan. Targetnya adalah mencapai pangsa EBT sebesar 19,5% pada akhir tahun 2024.

Enya mengatakan target EBT pada tahun 2024 sejalan dengan rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) no. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Seperti diketahui, pada tahun 2025 Indonesia juga berencana meningkatkan porsi EBT menjadi 23%. “Pencapaian (komposisi EBT) pada tahun 2024 sebesar 13,93%. Lalu kalau kita lihat tahun 2024 (implementasinya) 13,93%,” jelas Enya pada Media Gathering Subsektor EBTKE di kantor Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian. Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, Senin (9 September 2024).

Enya menjelaskan alasan pencapaian EBT hanya mencapai 13,93%. Sebab, investasi di sektor EBT belum tercapai. “Kalau kita lihat tahun 2024 (pelaksanaan kompleks EBT) 13,93%, lalu kenapa karena investasi belum tercapai, lalu kita ngotot pada komitmen investasi dan infrastruktur, dan sekarang kita ingin pencapaiannya lebih jelas lagi,” – itu telah ditambahkan.

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, penambahan kapasitas pembangkit listrik (PLT) EBT pada tahun 2024 telah terealisasi sebesar 241,06 megawatt (MW) dibandingkan rencana sekitar 326,91 MW. 73,7% dari target tahun 2024.

Sementara Kementerian Sumber Daya Energi memperkirakan penjualan tambahan kapasitas PLT EBT pada Desember 2024 mencapai 650,99 MW. Hal itu dilakukan dengan mendorong proyek EBT dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap melalui penerbitan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 2/2024.

Selain itu, realisasi investasi subsektor EBTKE pada tahun 2024 mencapai US$0,577 miliar atau setara Rp8,8 triliun dibandingkan target tahun 2024 sebesar US$1,23 miliar setara Rp19 triliun (kurs 15.452 per dolar AS).

(pgr/pgr)

Tonton videonya di bawah ini:

Sebuah langkah mahal yang dilakukan Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan untuk menarik investasi asing di EBT.



Artikel selanjutnya

Ibarat sebutir pasir, Republik Indonesia Baru menggunakan 0,3% energi terbarukan


Leave a Comment