Diam-Diam RI Punya Harta Karun Wangi, Penyelamat Manusia Masa Depan



anggrek-dendrobium-crumenatum-atau-anggrek-merpati-wikipedia_169 Diam-Diam RI Punya Harta Karun Wangi, Penyelamat Manusia Masa Depan




Jakarta, Harian – Indonesia masih memiliki beragam potensi sumber daya alam. Salah satu potensi yang sangat besar terletak pada sektor florikultura, yakni sektor anggrek. Anggrek dikenal karena kemampuannya beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Bunga jenis ini sering digunakan dalam berbagai dekorasi mewah, mulai dari pernikahan hingga acara kenegaraan.

Tak hanya itu, senyawa kimia pada bunga anggrek disebut-sebut memiliki banyak manfaat. Oleh karena itu, perlu perhatian terhadap penelitian dan pengembangan baru untuk menghasilkan obat baru di masa depan.

Secara regional, produksi anggrek terbesar di Indonesia berada di Banten. Di provinsi paling barat Pulau Jawa ini tercatat produksi anggrek potong mencapai 1,20 juta batang.

Potensi keindahan dan kesehatan anggrek juga terlihat pada kinerja ekspor produk florikultura. Berdasarkan laman resmi Kementerian Pertanian (Kementan), kumulatif ekspor anggrek sepanjang 2017 hingga 2019 mencapai 132 ribu kilogram senilai Rp12,4 miliar.

Pada tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19 melanda, ekspor anggrek Indonesia tercatat sebanyak 38 ribu kilogram senilai Rp3,2 miliar. Negara tujuan ekspor anggrek Indonesia antara lain Jepang, Singapura, Timor Timur, dan Korea.

Namun potensi anggrek tidak hanya terbatas pada keindahannya saja. Mengutip The Conversation, Indonesia memiliki 5.000 spesies anggrek yang tersebar di banyak wilayah Tanah Air. Salah satunya anggrek merpati atau Dendrobium crumenatum yang mengandung alkaloid dan flavonoid yang sangat penting dalam melawan infeksi.

Keunikan inilah yang menjadikan anggrek bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan pemanfaatan anggrek dalam pengobatan tradisional. Misalnya saja anggrek Dendrobium crumenatum yang sering digunakan untuk meredakan demam, luka bakar, dan infeksi karena memiliki sifat antimikroba dan antiinflamasi.

Meski demikian, penelitian medis terhadap anggrek di Indonesia masih minim. Kelangkaan beberapa spesies anggrek juga menimbulkan masalah dan membatasi penelitian.

“Indonesia harus memanfaatkan kekayaan spesies anggreknya untuk penelitian medis sebelum negara lain melakukannya. Anggrek Indonesia bisa menjadi solusi kesehatan masa depan jika diteliti dan dilestarikan dengan bijak,” kata peneliti BRIN Latifa Nuraini kepada media Australia The Conversation, dikutip Sabtu (7/). 12/2024).

(dce)

Tonton videonya di bawah ini:

Video: Menko Zulhas menyikapi ketidakberpihakan BRIN terhadap inovasi benih



Artikel selanjutnya

Dan lagi yang menarik: 200 pulau kecil di Indonesia diperjualbelikan.


Leave a Comment