BUMN Pede Target Dividen Tercapai Berkat Holdingisasi



top-ri-dapat-dividen-rp-4101-t-dari-bumn-ini-daftarnya-2_169 BUMN Pede Target Dividen Tercapai Berkat Holdingisasi




Jakarta, Harian – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendapat mandat untuk mencapai target dividen yang lebih tinggi pada tahun 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Sesuai keputusan Badan Anggaran (Banggar) DPR, target dividen tahun depan sebesar Rp 90 triliun.

Meski target dividen 2025 tidak dibarengi dengan kenaikan pagu anggaran, namun BUMN akan terus berupaya mencapainya. Pagu anggaran tahun 2025 sebesar Rp 277 miliar lebih rendah dibandingkan tahun 2024 yang sebesar Rp 284 miliar.

Saat ini, total kontribusi BUMN terhadap anggaran pemerintah pada tahun 2020 hingga 2023 mencapai Rp 1,940 triliun. Pajak menyumbang Rp1.391,4 triliun, PNPB dan lain-lain menyumbang Rp354,2 triliun, kemudian dividen menyumbang Rp194,4 triliun.

Ekonom senior Fauzi Ichsan mengatakan, untuk mencapai target dividen BUMN sebesar Rp 90 triliun, salah satu caranya adalah dengan melanjutkan berbagai restrukturisasi dan operasi holding.

Seperti diketahui, selama lima tahun terakhir, Kementerian BUMN tengah giat memperjuangkan pengurangan jumlah pelat nomor merah. Hal ini dilakukan melalui holding, clustering dan bahkan merger.

Sebut saja “Ultra Micro Holding”. Berdirinya Holding Ultra Mikro (UMi) pada 13 September 2021 merupakan tonggak penting dalam upaya penguatan layanan keuangan segmen ultra mikro. Pembentukan Holding UMi ditandai dengan penandatanganan Undang-undang tentang pengalihan saham negara Pegadaian dan PNM sebagai penyertaan modal negara dengan BRI sebagai induk holding.

Sejak resmi berdiri pada 13 September 2021, Ultra Micro Holding yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) telah menunjukkan komitmen kuat dalam memperluas inklusi keuangan bagi masyarakat. UMKM khususnya di segmen ultramikro.
Berkat kerja sama yang erat antara BRI, Pegadaian dan PNM, ekosistem Ultra Mikro telah melayani lebih dari 176 juta nasabah tabungan dan 36,1 juta nasabah kredit/debitur, dengan total penyaluran dana mencapai lebih dari Rp 622,3 triliun.

Selain itu, klasterisasi perbankan ditandai dengan bergabungnya tiga bank syariah milik Himbara (Himpunan Bank-Bank Negara) ke dalam PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Tak hanya itu, Indonesia kini juga memiliki PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo yang merupakan gabungan empat BUMN pelabuhan, yakni PT Pelabuhan Indonesia I, PT Pelabuhan Indonesia II, PT Pelabuhan Indonesia III, dan PT Pelabuhan Indonesia IV. Baru-baru ini muncul PT Angkasa Pura Indonesia (Persero) yang merupakan penggabungan dari PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II.

BUMN juga melakukan klasterisasi dengan pembentukan subholding. Terbaru, akhir tahun lalu, Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengumumkan penggabungan 13 holding Perkebunan Nusantara menjadi dua subholding, yakni PTPN IV atau PalmCo dan PTPN I atau SupportingCo. Subholding PTPN IV atau PalmCo terbentuk dari penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII menjadi PTPN IV sebagai entitas yang menerima penggabungan dan pemisahan tidak bersih PTPN III (Persero) menjadi PTPN IV. Sedangkan Subholding PTPN I atau SupportingCo dibentuk melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX,

Sebelumnya, pemerintah juga membuka Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID), Holding Jasa Survei (IDSurvey), Holding Farmasi (BioFarma), Holding Spesialis Transformasi dan Investasi (Danareksa), Holding Pertahanan (Defend ID), Holding Perkebunan (PTPN) . ), lalu Tourism and Support Holding (InJourney).

Sementara itu, pembayaran kepada negara dalam bentuk dividen dari perusahaan-perusahaan tersebut menjamin lebih dari 70% penjualan dividen hingga Agustus 2024.

Fauzi menjelaskan, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi riil 5% dan inflasi 3% per tahun, maka pertumbuhan ekonomi nominalnya akan berada di kisaran 8%. Artinya, dalam keadaan normal, laba dan dividen perusahaan secara teoritis bisa naik sebesar 8%.

Namun, beberapa BUMN strategis menjalankan tujuan sosial, yang di banyak negara merupakan program belanja pemerintah. Artinya tidak semua BUMN bebas memiliki tujuan komersial dan meningkatkan keuntungan seiring dengan pertumbuhan ekonomi, ujarnya kepada Harian.

Melalui holding, perusahaan induk dapat menerapkan sejumlah langkah efisiensi pada anak perusahaannya yang dapat menekan biaya dan meningkatkan pendapatan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak positif terhadap penerimaan APBN.

(Romis Binekasri/mx)

Tonton videonya di bawah ini:

Video: Peran MIND ID dalam mendorong penerapan bisnis pertambangan berkelanjutan



Artikel selanjutnya

Holding tersebut membuat kontribusi BUMN terhadap pembangunan negara semakin besar


Leave a Comment