Jakarta, Harian – PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PT PGN Tbk (PGAS) yang merupakan sub-holding Pertamina Gas, memaparkan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan pipa transmisi gas Cirebon-Semarang (Cisem) tahap pertama.
Perseroan telah menjadi operator pipa Cisem tahap pertama sejak commissioning pada November 2023. Panjang pipa Cisem 1 termasuk ruas Semarang-Batang sepanjang 62 kilometer (km).
Direktur Teknik dan Operasional Pertagas Indra P. Sembiring mengatakan, pihaknya sebagai pengelola proyek pipa transmisi gas Cisem 1 harus bisa memastikan alokasi gas dilakukan secara bijaksana dan tidak terjadi kesenjangan atau inkonsistensi.
“Dan yang menjadi permasalahan adalah seberapa bijak Pertagas dalam menjalankan operasi distribusi gas ini. Ya, itu harus berfungsi dengan baik. Besar. Bagaimana cara mengurangi kesenjangan dan sebagainya. Nah dari operasi dan melayaniTentu tidak bisa dipisahkan,” jelas Indra kepada Harian di Energy Corner, Kamis (10/3/2024).
Menurutnya, pengoperasian pipa ini yang lancar dan andal penting dilakukan agar kebutuhan gas konsumen tidak terganggu, khususnya di kawasan industri seperti Kendal dan Batang.
“Dan sekarang tantangannya adalah bagaimana kita mempertahankannya. Untuk menjaga kelancaran operasional sehingga pelanggan saat ini khususnya di Kawasan Industri Batanga Kendal dapat merasakan manfaat yang optimal dari pipa ini. Dari gas yang ada yang mengalir dari Jawa Timur. “, tambah Indra.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indra mengatakan pihaknya saat ini memiliki sarana yang relatif canggih untuk mengawal pengoperasian pipa gas dengan biaya investasi Rp 1,17 triliun.
“Kami memiliki pos kendali operasi di kantor pusat kami dan di lokasi produksi di sepanjang jalur pipa kami,” jelasnya.
Lebih lanjut, Indra mengatakan pihaknya juga didukung sumber daya manusia (SDM) yang kompeten untuk mendukung operasional pipa Pertagas.
“SDM di Pertagas adalah tenaga-tenaga muda yang sangat kompeten. Mereka mempunyai kemampuan yang baik dalam operasional migas dan tentunya mereka semua antusias,” imbuhnya.
Oleh karena itu, menurut dia, saat ini perseroan lancar mengoperasikan pipa gas Cisem tahap pertama, meski ada kendala yang ia identifikasi.
“Jadi manajemen ini yang melakukannya tetap Sejauh ini semuanya berjalan baik,” ujarnya.
Pipa gas Cisem tahap pertama dioperasikan
Pipa Cisem Semarang-Batang Tahap 1 merupakan pipa gas sepanjang 62 km dari Semarang hingga Batang.
Aset tersebut dibangun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menggunakan dana APBN sebesar Rp 1,17 triliun sebagai proyek strategis nasional (PSN) dan dikelola oleh Lemigas dan Pertamina Gas (Pertagas) dalam operasi dan pemeliharaan (O&M).
Pembeli gas untuk proyek pipa gas Cisem 1 adalah PT PGN Tbk, Subholding Gas Pertamina. Pertagas kemudian berperan mengangkut dan mendistribusikan gas PGN ke pelanggan akhir yaitu Kawasan Industri Batang dan Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, serta jaringan distribusi gas perumahan (jarga).
Pertagas sebagai pengelola atau operator pipa Cisem Tahap 1 menerima pendapatan dari biaya transportasi atau tol dari pemilik gas.
Presiden Direktur Pertagas Gamal Imam Santoso pernah mengatakan tarif tol (tarif) atau biaya pengangkutan gas melalui pipa Cisem 1 sebesar US$0,31 per seribu standar kaki kubik (MSF).
Fasilitas penerima gas proyek pipa Cisem Tahap 1 adalah Onshore Reception Facility (ORF) Tambak Reggio, Semarang, Jawa Tengah.
Gambarannya, gas bumi berasal dari lapangan Jambaran Tiung Biru dan beberapa lapangan gas lainnya melalui pipa Gresik – Semarang (Gresem), yang secara teknis dikontrol tekanan dan distribusinya di ORF Tambak Rejo, kemudian disalurkan ke konsumen, seperti di kawasan industri.
Perlu diketahui: Sebelum menyuplai gas ke KIT Batang, Pertagas juga menyuplai gas ke Kawasan Industri Kendal melalui pipa Cisem Tahap 1 pada 17 November 2023.
Kementerian ESDM menyebutkan proyeksi potensi industri yang bisa memanfaatkan gas dari pipa Cisem-1 di Kendal dan Batanga sekitar 40 industri.
Selain manfaat bagi industri, pipa Cisem juga akan memberikan manfaat tambahan bagi masyarakat melalui gas untuk rumah tangga.
Menurut Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, jika proyek pipa gas Cisem selesai seluruhnya, termasuk Tahap 2, maka akan ada potensi distribusi gas di kota tersebut ke depan. jaringan gas (Jargas) dengan kapasitas minimal 5 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara untuk menyalurkan 300.000 sambungan rumah.
Jika diterapkan, Kementerian ESDM memperkirakan dapat mengurangi subsidi LPG sebesar Rp0,21 triliun per tahun dan menghemat devisa impor LPG sebesar Rp0,33 triliun per tahun. Selain itu, penerimaan migas meningkat Rp 0,44 triliun per tahun dan pemungutan PNBP dari BPH Migas meningkat Rp 0,006 triliun per tahun.
(melalui)
Artikel berikutnya
Konstruksi proyek kebanggaan Jokowi lainnya senilai Rp 2,7 triliun dimulai.