Jakarta, Harian – Pemimpin baru Hizbullah Naim Qassem tampil pertama kali di depan umum pada Rabu (30/10/2024). Pada kesempatan ini, Qassem membahas status terkini perjuangan kelompok tersebut dengan Israel.
Mengutip: Pers TerkaitQassem mengatakan partainya akan terus menahan serangan Israel. Namun, dia menyatakan pembelaan tersebut hanya akan dilakukan sampai dia menerima persyaratan gencatan senjata yang “sesuai” dari Tel Aviv.
“Jika Israel memutuskan untuk mengakhiri agresinya, kami katakan kami menerimanya, namun dengan persyaratan yang kami anggap tepat,” kata Qassem, berbicara dari lokasi yang dirahasiakan dalam pidato yang direkam sebelumnya di televisi.
“Kami tidak akan meminta gencatan senjata karena kami akan terus (berperang)… tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.”
Perang antara Hizbullah dan Israel sendiri merupakan puncak dari perang antara Israel dan milisi Palestina di Gaza, Hamas, yang berlanjut pada 7 Oktober tahun lalu. Hingga saat ini, Tel Aviv terus melakukan serangan besar-besaran di Jalur Gaza, yang mengakibatkan kematian hampir 42 ribu warga sipil.
Serangan ini akhirnya menarik Hizbullah untuk menyerang Israel. Mereka menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Jalur Gaza karena serangan tersebut bertujuan agar Israel berhenti menyerang wilayah kantong Palestina.
Kemudian intensitas serangan antara Israel dan Hizbullah meningkat pada September lalu. Sebelum peningkatan serangan, ribuan pager milik Hizbullah meledak, menewaskan hingga 39 orang. Hingga saat ini, jumlah korban tewas akibat serangan Israel ke Lebanon mencapai lebih dari 2.822 orang, dan jumlah pengungsi akibat perang mencapai 1,2 juta jiwa.
Di Israel, roket, peluru dan drone yang diluncurkan oleh Hizbullah telah menewaskan sedikitnya 63 orang, sekitar setengah dari mereka adalah tentara. Lebih dari 60.000 warga Israel dari kota-kota perbatasan telah dievakuasi dari rumah mereka selama lebih dari setahun.
Qassem, seorang ulama dan salah satu pendiri Hizbullah, ditunjuk pada hari Selasa untuk menggantikan mantan pemimpin lama Hassan Nasrallah, yang tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut pada akhir September. Qassem menjabat sebagai wakil Nasrallah selama lebih dari tiga dekade.
Beberapa pejabat senior kelompok itu, termasuk calon penerus Nasrallah, Hashem Safiddin, juga terbunuh dalam beberapa pekan terakhir ketika perang antara Israel dan Hizbullah di Lebanon meningkat.
Qassem kemudian mengatakan serangan terhadap Hizbullah dalam beberapa pekan terakhir telah “merugikan” kelompok Syiah. Namun, dia mengatakan milisi berhasil mengatur kembali barisannya dalam waktu delapan hari setelah kematian Nasrallah.
“Kemampuan Hizbullah masih tersedia dan cocok untuk perang jangka panjang,” ujarnya.
Dia mengatakan Hizbullah sedang berkoordinasi dengan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, lawan bicara utama Lebanon dengan Amerika Serikat, yang telah mengajukan sejumlah proposal untuk mengakhiri konflik.
“Sampai saat ini, belum ada proyek yang diusulkan yang akan disetujui Israel dan dapat kita negosiasikan,” tambah Qassem.
(menetas/menetas)
Artikel berikutnya
Israel mempersiapkan serangan balik terhadap Hizbullah setelah insiden Golan