Jakarta, Harian – Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau biasa disapa Zulhas bercerita tentang pengalamannya menjadi pengusaha yang akhirnya menutup usahanya. Ia mengaku memutuskan menutup usaha yang dijalankannya 20 tahun lalu karena ribuan pekerjanya sering bersuara menentangnya.
Zulhas menuturkan, dirinya pernah memiliki 3.000 karyawan. Namun, ia mengaku pusing karena hampir setiap hari usahanya dipamerkan serikat pekerja. Ditambah lagi, saat itu, menurut dia, bertepatan dengan era reformasi.
“Saya juga punya pengalaman, saya juga punya industri, setiap hari 3.000 karyawan berdemonstrasi, baru direformasi, 20 tahun lalu saya bingung juga, jadi saya tutup saja (usahanya),” kata Zulhas di gudang karpet kawasan industri Jataka. . Kecamatan, Jatiuvung, Kota Tangerang, Banten, Harga per Sabtu (28 September 2024).
Zulhas awalnya menyoroti alasan banyak pabrik yang pindah produksi, salah satunya karena terlalu banyak serikat pekerja. Ia pun mencontohkan, dalam satu industri di Karawang bisa mencapai 10-11 serikat pekerja. Sementara di Jawa Tengah, menurut Zulhas, situasi dan kondisi kerja di sana lebih kondusif.
Foto: Menteri Perdagangan Zulkifli Hassan meninjau barang tekstil dan produk tekstil impor ilegal di Kawasan Industri Jatake, Kota Tangerang, Banten, Senin (23 September 2024). (Harian/Faisal Rahman)
Menteri Perdagangan Zulkifli Hassan meninjau barang tekstil dan produk tekstil impor ilegal di Kawasan Industri Jatake, Kota Tangerang, Banten, Senin (23 September 2024). (Harian/Faisal Rahman)
|
Selain lebih menguntungkan, Zulhas mengatakan biaya tenaga kerja di Jateng juga lebih murah dibandingkan di kota industri Karawang.
“Masyarakat Jateng tahu sendiri, jangan khawatir, di industri ini hanya ada satu serikat pekerja yang mempekerjakan 20 ribu orang, bahkan kadang tidak dibuat, sehingga suasana kerja lebih kondusif. Di sini di Karawang mereka bilang ada serikat buruh di satu industri. “Pekerjanya mungkin 10, mungkin ada 11,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menilai kemerosotan industri manufaktur nasional terjadi karena sudah tidak berdaya saing lagi. Misalnya, mesin produksi sudah ketinggalan jaman dan maraknya produk impor ilegal.
“Jadi alasan produksinya bermacam-macam: ada yang mesinnya sudah tua, mulai tidak kompetitif, ada yang pindah, di Tangerang juga banyak yang pindah. Jadi tutup bukan berarti tutup, pindah, sudah banyak yang pindah ke Jawa Tengah. “, tutupnya.
(siapa/siapa)
Artikel selanjutnya
Bocoran Zulhas Kasih: Calon Menteri Eco Patriot