Bikin Sri Mulyani Was-was, Industri Manufaktur RI Separah Ini!



menteri-keuangan-sri-mulyani-saat-menyampaikan-konferensi-pers-apbn-kita-tangkapan-layar-youtube_169 Bikin Sri Mulyani Was-was, Industri Manufaktur RI Separah Ini!




Jakarta, Harian-Industri manufaktur menjadi catatan penting bagi banyak kalangan. Porsi perekonomian nasional Indonesia yang semakin menyusut akan mempersulit Indonesia untuk menjadi negara maju dan menambah penderitaan masyarakatnya.

Eisha Magfirukha Rahbini, Ekonom INDEF, dalam diskusi panel akhir pekan lalu mengatakan, di era perekonomian nasional yang tumbuh pesat, industri manufaktur juga ikut tumbuh. Pada tahun 1989, industri manufaktur tumbuh sebesar 19% dan terus tumbuh hingga 25%.

“Sayangnya, kontribusi sektor industri terus menurun selama satu dekade terakhir. Faktanya, hanya tumbuh sebesar 18% pada tahun 2023. Angka ini terbilang rendah dibandingkan pencapaian tahun 80-an. “Industrialisasi kembali terjadi,” jelasnya.

Kunci keberhasilan pemerintahan Orde Baru dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebesar 8-9% adalah dengan meningkatkan manufaktur dibandingkan pengolahan. Menurut Eishi, jumlah jurnal yang menjelaskan bagaimana daur ulang dan daur ulang dapat mengubah perekonomian suatu negara masih terbatas. Perubahan sebenarnya terjadi akibat industrialisasi, khususnya pada sektor manufaktur.

Pertumbuhan industri di Indonesia belum mencapai tingkat pendapatan per kapita yang setara dengan negara-negara maju. Sementara itu, sektor jasa mulai tumbuh, khususnya di sektor informal. Hal ini menjadi perhatian karena sektor ini sangat rentan terhadap guncangan.

Eisha menjelaskan permasalahan industri tanah air adalah masih mengandalkan komoditas dibandingkan teknologi tinggi. Produktivitas juga rendah, seiring dengan permasalahan ketenagakerjaan. Indonesia masih tertinggal dibandingkan Tiongkok dan Jepang. Daya saing tenaga kerja juga masih lebih rendah dibandingkan Thailand.

Hilirisasi bukanlah solusi

Indonesia tidak bisa lagi terus mengandalkan sumber daya alamnya untuk mendukung kegiatan perekonomian di masa depan. Sebab terbukti selama ini ketergantungan yang terlalu besar terhadap sumber daya alam menyebabkan industrialisasi semakin tertinggal hingga berujung pada munculnya fenomena deindustrialisasi.

Deindustrialisasi terjadi ketika pangsa industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) semakin menurun. Wijayanto mengatakan, pada masa Orde Baru, kontribusi manufaktur terhadap PDB rata-rata masih sebesar 25%, namun kini pada dekade pemerintahan Jokowi hanya sebesar 18,7%.

“Sejarah menunjukkan pengalaman negara-negara besar di dunia seperti Cina, India, Inggris, Jepang dan Amerika. Perekonomian mereka tumbuh karena didorong oleh proses industrialisasi,” kata Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin.

Oleh karena itu, Wijayanto menekankan bahwa harapannya adalah pemerintahan berikutnya idealnya fokus pada kualitas pertumbuhan daripada kecepatan, bukan menjadikan pertumbuhan 8% sebagai dogma dan mendorong industrialisasi.

“Hal ini bisa dilakukan dengan membantu para pelaku industri manufaktur karena mereka adalah pahlawan sejati, dengan meningkatkan kualitas perencanaan, dengan meluangkan waktu karena tragedi IKN dan kereta cepat KCIC adalah contoh nyata,” kata Wijayanto.

Sri Mulyani khawatir

S&P Global menunjukkan aktivitas manufaktur Indonesia turun dan terkontraksi hingga 48,9 pada Agustus 2024. Artinya PMI manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut, yakni pada bulan Juli (49,3) dan Agustus.

PMI juga terus memburuk dan turun selama lima bulan terakhir. PMI turun dari 54,2 pada Maret 2024 dan terus turun hingga Agustus 2024.

“Kita perlu mewaspadai ketika PMI kita memasuki kontraksi seperti itu, namun kita berharap kenaikan impor sebesar 9% dapat mendorong aktivitas manufaktur,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN, Senin (23 Sep 2024). .

Diakui Sri Mulyani, penurunan PMI Indonesia tercermin dari permintaan listrik industri yang turun sebesar 2,9%. Permintaan semen kemudian sedikit meningkat karena aktivitas konstruksi mulai melambat.

“Kami berharap ada percepatan pada kuartal terakhir, khususnya pada proyek konstruksi,” ujarnya.

Selain Indonesia dan beberapa negara Asia, zona Eropa AS juga mengalami penurunan. Tiongkok sedikit lebih tinggi namun masih mengalami sedikit penurunan.

“PMI Jasa mengarah ke kanan, semuanya berada di zona ekspansi. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian global sedang mengalami transformasi dimana sektor jasa dan kehadiran digital akan menjadi lebih dominan dan berperan penting dalam perekonomian semua negara. negara,” kata Sri Mulyani.

(Arj/ya)

Tonton videonya di bawah ini:

Video: PHK dan penutupan pabrik semakin meningkat, pengusaha menanyakan hal tersebut kepada Prabowo



Artikel selanjutnya

Sri Mulyani mengatakan PMI manufaktur merupakan yang terburuk dalam 3 tahun terakhir


Leave a Comment