Mempawa, Harian – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan menyaksikan penyuntikan bauksit tahap pertama di Smelter Type Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) Tahap 1 yang berlokasi di Kabupaten Mempawa, Kalimantan Barat.
Smelter yang diperkirakan membutuhkan investasi hingga US$1,7 miliar atau sekitar Rp 25,67 triliun (dengan kurs Rp 15.100 per dolar AS) ini memiliki kapasitas produksi alumina hingga 1 juta ton per tahun. .
Produk alumina dari proyek SGAR Tahap 1 selanjutnya akan dikirim sebagai bahan baku ke pabrik peleburan aluminium PT Inalum di Sumatera Utara. Kebutuhan alumina Inalum saat ini sebesar 600.000 ton per tahun dan sisanya akan digunakan untuk kebutuhan dalam negeri lainnya atau ekspor.
SGAR Fase 1 merupakan proyek strategis nasional yang dilaksanakan oleh Holding BUMN Pertambangan MIND ID atau PT Mineral Industri Indonesia (Persero) dan grup melalui anak perusahaannya PT. Indonesia Asahan Alumina (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yaitu PT Borneo Alumina Indonesia (BAI).
SGAR Tahap 1 akan menghubungkan rantai pasokan antara bijih bauksit Kalimantan Barat yang ditambang oleh PT Aneka Tambang Tak (ANTM) dan smelter aluminium milik Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Injeksi bijih bauksit merupakan rangkaian proses produksi alumina yang pertama, rencana produksi alumina pertama dijadwalkan pada bulan November 2024. komisioning atau pengujian akan dilakukan secara bertahap dengan peningkatan produksi atau ramp-up secara bertahap hingga Desember 2024.
Proyek SGAR Fase 1 dijadwalkan mencapai produksi alumina penuh pada kuartal pertama tahun 2025, dengan target tanggal operasi komersial (COD) pada akhir Februari 2025.
Proyek SGAR rencananya akan dibagi menjadi 2 tahap dengan perkiraan total biaya investasi sebesar US$1,7 miliar.
Proyek SGAR Tahap 2 merupakan perluasan dari proyek SGAR Tahap 1 yang juga akan berlokasi di Mempawa, Kalimantan Barat dan juga akan memiliki kapasitas produksi alumina hingga 1 juta ton per tahun dengan target produksi pada tahun 2028.
Dengan dilaksanakannya proyek SGAR Fase 1 dan Fase 2, produksi alumina dalam negeri akan meningkat menjadi 2 juta ton per tahun dan serapan mineral bijih bauksit mencapai 6 juta ton per tahun.
Hal ini sejalan dengan rencana aksi korporasi Inalum untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium menjadi 900.000 ton per tahun.
Selain itu, smelter aluminium Inalum saat ini memiliki kapasitas produksi aluminium hingga 275.000 ton per tahun yang seluruhnya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan aluminium dalam negeri.
Namun kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 1,2 juta ton per tahun, dan pada tahun 2018 hingga 2023, penjualan aluminium dalam negeri akan tetap didominasi oleh produk impor, dengan pangsa impor sebesar 56% dan pasokan Inalum sebesar 44% pada tahun 2023.
Perlu diketahui bahwa bauksit merupakan sumber bahan baku utama sebelum diolah menjadi aluminium. Dalam proses ini, bauksit diolah menjadi alumina di smelter dan kemudian diolah kembali menjadi produk yang bernilai tambah lebih tinggi, yaitu aluminium.
Perbandingan pengolahan mineral bijih bauksit terhadap alumina dan aluminium sedemikian rupa sehingga 1 ton aluminium membutuhkan 2 ton alumina, dan 2 ton alumina memerlukan 6 ton mineral bijih bauksit.
(melalui)
Artikel berikutnya
Bos Antam mengungkap dilema pelaku pertambangan menghadapi kondisi global