Jakarta, Harian – Anggaran belanja APBN tahun 2025 yang disetujui DPR dan pemerintah saat ini sebesar Rp3.621,3 triliun, lebih kecil Rp300 triliun dibandingkan rencana belanja panel ahli Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Wakil Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo Drajad Hari Wibowo yang juga merupakan ekonom senior INDEF mengatakan, pemodelan yang ditargetkan belanja pemerintah sebenarnya sebesar Rp3.905,38 triliun untuk mencapai target pertumbuhan 5,89% pada tahun 2025.
Target pertumbuhan tahun 2025 tersebut didasarkan pada target pertumbuhan APBN tahun 2025 sebesar 5,2% dan ambisi Prabowo untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2029 sebesar 8% dengan perkiraan belanja pemerintah pada tahun tersebut sebesar 6.096,88 triliun rupiah.
“Jadi APBN saja untuk tahun 2025 kurang dari Rp 300 triliun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang kita butuhkan, dan kita membutuhkan 5,9% untuk tumbuh,” kata Drajad dalam UOB Economic Outlook 2025, Kamis (26 Sep 2024).
“Ini hanya salah satu simulasi,” tegasnya.
Drajad mengatakan, hal ini juga yang menjadi dasar Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo, Burhanuddin Abdullah, mengatakan bahwa kebijakan pembangunan yang diajukan Prabowo sangat kuat, namun kapasitas sumber daya keuangan untuk melaksanakannya masih kurang.
“Pak Burhan bilang kita punya kemauan politik, tapi kita tidak punya kapasitas untuk melaksanakannya, salah satunya masalah anggaran,” tegasnya.
Menurutnya, kondisi tersebut membuat pemerintahan Prabowo berambisi membentuk Badan Pendapatan Negara atau Kementerian Pendapatan Negara untuk menggairahkan sumber pendapatan baru.
“Karena ini menjadi kunci reformasi penerimaan negara dan perpajakan dari sisi fiskal. Tapi kalau pajak dikejar oleh yang sudah ada, justru akan kontraproduktif bagi perekonomian,” ujarnya.
Drajad mengatakan, untuk menghasilkan pendapatan pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan belanja yang ditargetkan, BPN harus mampu memanfaatkan sumber pendapatan berupa pendapatan yang belum dimanfaatkan dan pendapatan yang terlantar, dibandingkan mengejar sumber pendapatan yang ada dengan menaikkan tarif.
“Suka atau tidak, dia harus mendapat penghasilan dari dua sumber quick win. Ini sumbernya khusus, yaitu pendapatan yang tidak terpakai dan diterima dimuka,” tegas Drajad.
“Ini harus dicapai, bukan hanya soal ini. Saya melakukan ini ketika saya menjadi eksekutif senior di salah satu lembaga yang terlibat dalam keamanan nasional, kami sedang melakukan tes,” ujarnya.
DPR RI menyetujui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2025. APBN ini merupakan anggaran tahun pertama yang dilaksanakan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabumin Raka.
Dalam APBN, pemerintah dan DPR menyusun rencana belanja sebesar Rp3,621 triliun. Anggaran tersebut sebagian akan digunakan untuk belanja pemerintah pusat, dan sebagian lagi akan ditransfer ke daerah.
Berikut rincian pengeluaran pada tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran:
1. Belanja pemerintah pusat: Rp2,701 triliun.
A. Belanja Kementerian/Lembaga (K/L): Rp 1.160 triliun.
B. Beban Non K/L: Rp 1,541 triliun.
-Program pengelolaan utang: Rp 552 triliun.
-Program Pengelolaan Hibah: Rp 202 miliar.
-Program Pengelolaan Subsidi: Rp 307 triliun.
-Program Pengelolaan Belanja Lainnya: Rp 491 triliun.
-Program Pengelolaan Transaksi Khusus: Rp 189 triliun.
2. Transfer ke Daerah (TKD): 919 triliun.
-Dana Bagi Hasil (DBH): Rp 192 triliun.
-Dana Penyaluran Umum (DAU): Rp 446 triliun.
– Dana Alokasi Khusus (DAK): Rp 185 triliun.
-Dana Otonomi Khusus : Rp 17 triliun.
– Dana Keistimewaan DI Yogyakarta: Rp 1,2 triliun.
-Dana desa : Rp 71 triliun.
-Dana Stimulus Keuangan : Rp 6 triliun.
(haa/haa)
Artikel berikutnya
Pak Prabowo, bersiaplah! Utang RI yang jatuh tempo pada tahun 2025 sebesar Rp 782 triliun.