Jakarta, Harian – PT Pertamina International Shipping (PIS) menciptakan ekosistem yang mampu melawan ancaman krisis energi di kawasan Asia Tenggara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penggunaan bahan bakar alternatif.
Direktur Perencanaan Bisnis PIS Eka Suhendra menjelaskan bahan bakar alternatif yang digunakan antara lain amonia, gas alam cair (LNG), dan hidrogen. Padahal, kata dia, bahan bakar alternatif lebih mudah digunakan dibandingkan bahan bakar tradisional.
“Kami yakin ini lebih dekat dibandingkan bahan bakar alternatif karena alasan saat ini karena lebih layak secara teknologi dan juga lebih murah,” ujarnya pada acara Gastech 2024 di George R. Brown Convention Center, Texas, AS, beberapa waktu lalu. kembali.
Krisis energi diketahui dapat terjadi mengingat terbatasnya pasokan gas alam dan berkurangnya produksi minyak di tengah meningkatnya permintaan energi. Pemenuhan kebutuhan energi merupakan kunci utama pencegahan krisis energi.
Sementara kebutuhan energi diproyeksikan mencapai 1.000 megaton pada tahun 2050. Jumlah ini meningkat signifikan dibandingkan pelaksanaan pada tahun 2022, pada tahundimana realisasi kebutuhan energi selama tahun 2022 hanya mencapai 240 megaton.
Eka menegaskan, bahan bakar alternatif ini mewakili potensi yang dimiliki Indonesia. Saat ini Indonesia mempunyai potensi produksi hidrogen yang cukup besar melalui berbagai teknologi.
Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 3.686 gigawatt dan kemampuan menghasilkan hidrogen hijau.
“Namun saya juga harus sampaikan bahwa LNG masih memiliki faktor emisi yang cukup rendah dibandingkan hidrogen atau amonia,” tegas Eka.
Pada saat yang sama, kepala LNG Fearnleys, Per Christian Fett, juga telah membantu berbagai perusahaan di Norwegia menggunakan bahan bakar alternatif. Pihaknya berhasil menyalurkan listrik menggunakan tenaga air.
“Berkat dukungan pemerintah, kami memiliki jaringan listrik yang kuat di Norwegia yang ditenagai oleh pembangkit listrik tenaga air,” katanya.
Selain itu, kata dia, Fearnleys saat ini juga menggunakan bahan bakar hidrogen alternatif untuk pelayaran jarak pendek.
“Jadi menurut saya hanya ada hal-hal tertentu yang bisa dilakukan sendiri oleh perusahaan pelayaran dan industri. Beberapa di antaranya memerlukan pembangunan infrastruktur nasional tempat kapal berdagang,” jelas Fett.
(dpu/dpu)
Artikel selanjutnya
Energy Forum Gastech 2024 Siap Datang ke AS, Apa yang Akan Dibahas?